JAKARTA, Tajuk24.com – Sebagian penikmat film layar lebar beranggapan bahwa sebuah film yang bagus adalah film yang mempunyai efek visual yang megah dan setting lokasi yang indah. Tapi mungkin 12 Angry Men akan mematahkan persepsi tersebut. Sebuah film sederhana, tanpa efek visual dan setting lokasi hanya fokus di satu lokasi ruangan yang sempit.
Mengangkat topik tentang seorang anak yang didakwa membunuh ayahnya sendiri. Pengadilan telah sampai ke taraf memutuskan apakah si anak bersalah atau tidak. 12 juri harus memutuskan nasib anak tersebut. Apabila diputuskan bersalah maka hukuman mati menunggu anak tersebut.
12 Angry Men, film hitam putih yang dibuat pada tahun 1957. Disutradari oleh Sidney Lumet. Banyak bintang legendaris yang ikut berperan di film ini. Henry Fonda sebagai satu-satunya juri yang sejak awal meragukan apakah si anak bersalah. Martin Balsan yang menjadi moderator diskusi dan Lee J. Cobb yang bersikeras mengatakan si anak bersalah.
Baca Juga: Aksi Jason Momoa dan Vin Diesel Dalam 'trailer' Fast X, Serta Sinopsisnya
Dalam daftar ‘Top 250 Movies’ dari situs IMDB, 12 Angry Men berada pada peringkat nomor 5 dengan rating 9.0. Film ini merupakan satu-satunya film hitam putih yang berada di 10 besar daftar tersebut.
Alur cerita
Peringatan tulisan dibawah memuat spoiler yang mungkin akan menggangu buat yang belum menonton.
12 Angry Men bercerita tentang pengadilan terhadap seorang anak kecil yang dituduh telah membunuh ayahnya sendiri.
Keputusan apakah si anak bersalah atau tidak sekarang ada di tangan 12 juri. Ke-12 juri ini diberikan kesempatan untuk berdiskusi di suatu ruang kecil untuk mengambil keputusan.
Baca Juga: Sinopsis Drama Korea Terbaru di Netflix, Love to Hate You
Pengambil keputusan dilakukan dengan cara voting. Dalam voting terbuka semua juri menyatakan si anak bersalah kecuali juri no 8 (Henry Fonda) yang meragukan bahwa si anak bersalah.
Cerita kemudian berkembang. Juri no 8 meminta agar juri yang lain dapat menyakinkan dia bahwa si anak tersebut benar-benar bersalah. Perdebatan berkembang. Masing-masing juri menyatakan argumennya. Dan perlahan-lahan, satu demi satu juri berbalik menyatakan bahwa si anak tidak bersalah.
Kekuatan dari film ini adalah pada dialog dari masing-masing karakter. Penulis naskah, Reginald Rose, berhasil membangun dialog dari masing-masing karakter yang realistis. Percakapan dari para juri juga tidak terkesan terlalu didramatisir, tapi terkesan mengalir apa adanya dan nyata.
Baca Juga: Sammo Hung akan Dianugerahi Lifetime Achievement Honor di Asian Film Awards 2023