da SHARM EL-SHEIKH, Tajuk24.com - Pejabat Israel dan Otoritas Palestina (PA) mengadakan pertemuan di Mesir dalam upaya meredakan ketegangan antara kedua belah pihak dan mengendalikan kekerasan menjelang bulan suci Ramadhan.
Pertemuan berlangsung hanya satu hari yaitu pada Minggu (19/3/2023) di kota peristirahatan Sharm el-Sheikh.
Pejabat-pejabat dari Mesir, Amerika Serikat (AS), dan Yordania juga terlibat dalam pertemuan ini.
Situasi di lapangan sendiri saat ini tengah tegang akibat seringnya penggerebekan dan pembunuhan terhadap warga Palestina oleh tentara Israel di bawah pemerintahan berhaluan kanan ekstrem pimpinan Benjamin Netanyahu yang dilantik akhir tahun lalu.
Baca Juga: Iptu Ismet Ishak Perwira Polda Gorontalo Jualan Durian Hasilnya Untuk Fakir Miskin
Kementerian Luar Negeri Mesir menyebutkan bahwa pembicaraan di Sharm el-Sheikh bertujuan untuk mendukung dialog antara Palestina dan Israel demi menghentikan tindakan dan eskalasi sepihak serta memutus siklus kekerasan yang ada dan mencapai ketenangan.
"Ini dapat memfasilitasi terciptanya iklim yang cocok untuk dimulainya kembali proses perdamaian," sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir seperti dilansir Al Jazeera.
"Delegasi Palestina berpartisipasi untuk membela hak-hak rakyat Palestina atas kebebasan dan kemerdekaan dan meminta diakhirinya agresi Israel yang terus menerus terhadap kami serta untuk hentikan semua tindakan dan kebijakan yang melanggar darah, tanah, harta benda, dan kesucian kami," kata pejabat PA Hussein al-Sheikh pada Sabtu (18/3/2023).
Dalam pertemuan ini delegasi Israel dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi. Dia didampingi oleh Kepala Intelijen (Shin Bet) Ronen Bar dan jenderal militer Ghassan Alian.
Baca Juga: Keluarga Mario Pernah Tawari Keluarga David Ozora Damai Dengan Biaya Berapapun
Pertemuan Ditentang di Dalam Negeri Palestina
Semua partai politik utama Palestina, kecuali Fatah yang menjalankan PA, menentang pembicaraan dengan Israel dan menyerukan boikot.
Juru bicara Hamas Mousa Abu Marzouq mengatakan pada Jumat (17/3/2023) bahwa otoritas Eropa dan AS mengeluarkan pernyataan tentang kejahatan pendudukan (Israel), namun tidak mengambil tindakan apa pun untuk menekan Israel menghentikan kejahatannya.
Dalam pernyataan bersama, partai politik Jihad Islam Palestina (PIJ) dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengatakan, langkah PA berpartisipasi dalam pertemuan di Sharm al-Sheikh merupakan kudeta melawan keinginan rakyat.
Mereka mengatakan, Israel memanfaatkan pertemuan tersebut untuk melancarkan lebih banyak agresi terhadap rakyat Palestina.