Fiat Justitia et Pereat Mundus, Oleh: Laksamana Sukardi

- Sabtu, 3 Juni 2023 | 22:05 WIB
Laksamana Sukardi (dok. pribadi)
Laksamana Sukardi (dok. pribadi)

Kita harus menghela nafas ketika mengetahui terkuaknya kasus korupsi multi trilyun rupiah bagaikan angin puting beliung yang datang dan pergi memporakporandakan ekonomi dan rasa keadilan rakyat Indonesia.

Ibarat ahli hipnotis dan ahli sulap, sirep dengan kata kata abrakadabra dan sim salabim, maka dana dengan mudah lenyap. Bukan digrogoti tikus tetapi lenyap semuanya, tersisa sedikit, oleh para pesulap yang mampu menghipnotis semua orang.

Kasus BTS di Menkominfo yang raib 80% dan kasus Waskita Karya yang menggunakan dokumen fiktif, ditambah lagi dengan kasus TPPU di Dirjen Pajak, Koperasi Indo Surya, Asuransi Jiwasraya dan Asabri semuanya berskala puluhan trilyun dengan mudah bisa menguap.

Begitu mudah (atau memang dipermudah) seolah olah rumah tidak ada pagar dan kunci rumah diserahkan kepada maling oleh penjaga rumah. Hakim Agung ikut ikutan tertangkap. Penegak hukum pun tunduk kepada penguasa politik.

Baca Juga: Sebelum Hadapi Timnas Indonesia, Argentina akan Lebih Dulu Jajal Australia di China. Harga Tiket Jomplang?

Seorang Profesor Hukum senior di Indonesia mengatakan kepada saya, sangat sulit bagi pejabat penyelenggara negara untuk selamat dalam sistim yang berlaku sekarang ini. Ibaratnya seperti judul film lawas “Bernafas Dalam Lumpur.” Mustahil untuk tidak menelan lumpur!

Mereka bekerja dikungkungi oleh predator penguasa politik yang seperti kelompok hewan hyena yang sedang fokus mengamati mangsa, meminta jatah atau memberikan rekomendasi kontraktor, pemasok sekaligus memberikan ancaman yang mematikan.

Para pejabat penyelenggara negara tidak bisa bekerja independen dan profesional, mereka terus menerus diganggu oleh para penguasa politik.

Akhirnya demi karir dan jabatan, mereka turut berkolaborasi dan sekaligus menjelma menjadi predator, karena sebagian besar dari mereka diangkat dan ditugaskan untuk memperlancar misi para penguasa politik tersebut.

Baca Juga: Tidak Kapok Dihujat Warganet, Gibran Pasang Patung Budha Tidur di Balai Kota Solo Meriahkan Waisak

Penemuan dan proses hukum kasus mega korupsi yang banyak tersebut dapat dianggap sebagai sebuah kesuksesan, apalagi Menko Polhukam Mahfud MD sebagai seorang lone ranger berhasil membuat keributan, membuka paksa kotak pandora yang sebelumnya tertutup rapat.

Kesuksesan tersebut, sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai sebuah kegagalan dalam upaya pencegahan korupsi!

Kegagalan upaya pencegahan merupakan suatu keniscayaan, karena faktanya korupsi di Indonesia sangat mudah dilaksanakan karena didukung oleh sistim yang berlaku.

Para kader penguasa politik, telah mengalami “Salah Asuh.” Mereka diasuh untuk melakukan kapitalisasi rente ekonomi jabatan politiknya dengan takaran uang yang sebanyak banyaknya. Seorang pengusaha konglomerat pernah berujar kepada saya:”semua pejabat ada price tag nya.”

Baca Juga: Bayern Munich Berencana Rombak Skuad, Sadio Mane Balik ke Liverpool?

Halaman:

Editor: Gunawan Wibisono

Tags

Terkini

Kota Bandung akan Dilewati LRT

Selasa, 3 Oktober 2023 | 17:21 WIB
X