Api di Bukit Menoreh - Jilid 20 eps 3
Karya: SH Mintardja
“Adi Sutawijaya benar. Tetapi kita tidak boleh kehilangan kesadaran dalam berbuat. Kita tahu benar siapakah Sidanti, siapakah Ki Tambak Wedi.
Dan siapakah yang berada bersama-sama dengan mereka di dalam sarangnya.
Bagi Adimas, gambaran padepokan itu masih terlampau kabur. Kita belum tahu pasti kekuatan mereka.
Baca Juga: Ki Demang: Apakah Kau Dengar Tangis Ibumu?
Bahkan bagi kita masih jauh lebih jelas melihat kekuatan Tohpati daripada kekuatan Tambak Wedi.”
Sutawijaya mengerutkan keningnya. Naluri keprajuritannya kini membenarkan pendapat Untara itu mengatasi nafsu mudanya. Kembali ia mengangguk-angguk. Tetapi kemudian ia pun terdiam.
Tetapi dalam pada itu terdengar Agung Sedayu berkata,
Baca Juga: Diduga Ada Penyerangan di Desa Sangkal Putung
“Kakang Untara, kita tidak dapat membiarkan Sekar Mirah terlampau lama di sarang Sidanti. Itu terlampau berbahaya baginya. Bagi seorang gadis.”
“Kita berangkat sekarang” potong Swandarau. “Sidanti mampu mengambil Sekar Mirah di Sangkal Putung. Kenapa kita tidak mampu mengambilnya?”
“Ada bedanya Adi Swandaru.
Di sini Sekar Mirah bebas tanpa pengawasan.
Sehingga karena itulah maka di pagi-pagi itu Sidanti berhasil menunggunya di pinggir jalan di tempat yang terlindung .
Tetapi sudah tentu tidak demikian bagi Sekar Mirah di padepokan Tambak Wedi. Di sana ia pasti terkurung di tempat yang selalu mendapat pengawasan.”