Tanah Warisan - Jilid 5 eps 9
Karya : SH Mintardja
Terasa dada Bramanti berdesir.
Sepercik keheranan melonjak ke wajahnya, namun kemudian wajah itu menjadi tenang kembali.
“Aku belum mengenal Resi Panji Sekar paman.”
Namun Ki Tambi justru tertawa, meskipun ia tidak segera menjawab.
“Kenapa paman tertawa?”
Baca Juga: Untuk Mencegah Kegaduhan, Bramanti Berniat Mengungsi
“Tidak apa-apa. Tetapi terserahlah kepadamu. Kalau jalan yang kau anggap paling baik adalah mengungsi, maka pergilah mengungsi.
Aku bersedia mengantarmu.”
Bramanti menarik nafas dalam-dalam. Sejenak mereka berdua saling diam diri sehingga kandang itu menjadi sepi.
Sementara itu iring-iringan yang mendatangi rumah Bramanti menjadi semakin dekat. Temunggul yang berjalan paling depan tersenyum di dalam hatinya.
Baca Juga: Ki Jagabaya Naik Pitam mendengar Cerita Temunggul
Ia akan mendapat kesempatan melepaskan sakit hatinya kepada Bramanti tanpa dicurigai dan dipersalahkan oleh siapapun.
Bahwa sekarang hubungannya dengan Ratri seakan-akan menjadi semakin jauh adalah karena Bramanti itu pula.
“Aku harus membuatnya benar-benar jera,” katanya di dalam hati.
Bramanti yang masih berada di kandangnya sama sekali tidak menyangka,