Api di Bukit Menoreh - Jilid 20 eps 7
Karya: SH Mintardja
"Jangan tergesa-gesa dan kehilangan perhitungan” jawab gurunya. “Beristirahatlah. Besok kita berangkat setelah kita membuat persiapan-persiapan secukupnya.”
“Kenapa besok, Guru?” sahut Agung Sedayu.
“Waktu yang sekejap sangat berguna bagi kita. Yang sekejap itu akan dapat meluluhkan segenap masa depan bagi Sekar Mirah. Yang sekejap itu akan bernilai seumur hidupnya.”
Baca Juga: Kiai Gringsing akan Menyusup ke Padepokan Ki Tambak Wedi
“Itu kalau kita dapat memanfaatkan waktu yang sekejap itu” sahut Kiai Gringsing.
“Tetapi kalau kita gagal sama sekali karena kita ditelan oleh nafsu, maka bagi kita bukan saja kehilangan waktu yang sekejap, tetapi kita akan kehilangan semuanya.
Sekarang sebaiknya kita beristirahat.
Kita dapat menilai pembicaraan ini. Mungkin kita akan menemukan pikiran-pikiran yang ternyata lebih bernilai dari pikiran-pikiran yang kita temukan dengan tergesa-gesa dalam pertemuan ini.
Baca Juga: Ki Gede Pemanahan akan Mengirim Prajurit Cadangan ke Sangkal Putung
Pertemuan yang lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu kemarahan, kecemasan dan ketergesa-gesaan daripada perhitungan yang cermat.
Apalagi perhitungan yang bersasaran luas. Hubungan yang bersangkut-paut dengan sikap Pajang terhadap Sanakeling dan Sidanti dan sikap Sangkal Putung atas hilangnya Sekar Mirah.
Kita masing-masing tidak dapat memandang dari satu segi. Sebab kedua-duanya memiliki nilainya sendiri-sendiri yang tak dapat saling dipisahkan.”
Ki Demang Sangkal Putung menarik nafas dalam-dalam. Ia mencoba untuk dapat mengerti keterangan itu.
Keterangan Ki Tanu Metir.
Ketika ia memandang Untara, maka anak muda itu mengangguk-anggukkan kepalanya.