Api di Bukit Menoreh - Jilid 20 eps 8
Karya: SH Mintardja
“Aku tidak akan dapat melupakannya Mirah. Aku sadar bahwa kedatangan setan kecil yang bernama Agung Sedayu itu telah mengganggu hubungan kita.
Aku sadar pula, bukan saja hubungan kita telah diganggunya, tetapi namaku di mata orang-orang Sangkal Putung telah direbutnya.
Anak itu berhasil memenangkan perlombaan memanah di alun-alun di muka Banjar Desa Sangkal Putung.
Baca Juga: Besok Pagi Dimulai Perjalanan Misi Penyelamatan Sekar Mirah
Bahkan sebelumnya, kedatangannya untuk menyelamatkan Sangkal Putung telah mendesak kebanggaanku sebagai anak muda yang paling jantan di kademangan itu.” Sidanti berhenti sejenak.
Ditatapnya wajah Sekar Mirah. Tetapi wajah itu seakan-akan menyala karena kemarahan yang membara di dalam dadanya.
“Mirah,” Sidanti meneruskan, “itulah sebabnya maka dendamku kepadanya bertimbun-timbun sampai ke langit.
Baca Juga: Kiai Gringsing akan Menyusup ke Padepokan Ki Tambak Wedi
Apalagi pada saat terakhir ini datang pamanku dari Menoreh. Adalah kebetulan sekali bahwa paman yang bernama Argajaya itu bertemu dengan tiga anak-anak muda di perjalanan.
Aku tahu pasti bahwa kedua dari anak-anak muda itu pasti Agung Sedayu dan Swandaru. Mereka telah menghinakan Paman Argajaya itu pula.
Sehingga kemarahanku tidak dapat lagi aku tahankan. Itulah sebab-sebab yang telah mendorongku mengambil kau dari Sangkal Putung.”
“Pengecut!” tiba-tiba Sekar Mirah itu berteriak sehingga Sidanti terkejut karenanya.
“Kau tidak berani berhadapan dengan sikap jantan dengan Kakang Agung Sedayu dan Kakang Swandaru yang pernah kau tampar pipinya beberapa kali itu, karena mereka kini telah menemukan guru yang dapat menyaingi gurumu.