Sekar Mirah: Aku Tidak Boleh Tenggelam

- Senin, 18 September 2023 | 15:43 WIB
Api di Bukit Menoreh (foto.ist)
Api di Bukit Menoreh (foto.ist)

Api di Bukit Menoreh - Jilid 20 eps 9
Karya: SH Mintardja

“Padepokan ini adalah padepokan guruku. Guruku tidak berputra dan berputri. Akulah muridnya dan aku pulalah anaknya.

Aku mempunyai kekuasaan di sini seperti kekuasaan Ki Tambak Wedi sendiri. Nah, renungkan kata-kataku.

Aku sengaja membawamu untuk banyak kepentingan. Memancing orang-orang Sangkal Putung untuk masuk ke dalam perangkapku, termasuk orang-orang Pajang.

Baca Juga: Dimata Sekar Mirah, Sidanti Seorang Pengecut

Dan apabila kau tetap berkeras kepala, maka aku akan mendapatkan kau dengan tidak ada rasa hormat sama sekali.
Aku dapat berbuat apa saja.”

Dada Sekar Mirah hampir meledak karenanya. Tetapi sebelum ia menjawab, maka Sidanti itu pun telah melangkah pergi meninggalkannya seorang diri.

“Tinggallah di situ sampai ada perubahan keadaan yang akan membawamu ke luar,” kata-kata itu terlontar dari sisi pintu yang sesaat kemudian telah didorong dan terbanting keras.

Baca Juga: Besok Pagi Dimulai Perjalanan Misi Penyelamatan Sekar Mirah

Kembali Sekar Mirah tersekat dalam bilik tertutup. Kembali ia melihat dinding-dinding yang membatasi ruangan itu, seperti memisahkannya dari dunia yang membatasi ruangan itu.

Tiba-tiba ia merasa terdampar ke dalam sebuah dunia yang asing. Dunia yang sempit yang dipenuhi oleh perasaan benci, dendam, muak, dan bahkan putus asa.

Dada Sekar Mirah itu pun semakin lama menjadi semakin sesak. Nafasnya seakan-akan tersumbat di kerongkongannya.

Sejenak kemudian ia terhenyak dalam perasaan yang tidak menentu. Namun tiba-tiba ia pun berteriak sedemikian kerasnya sambil menjatuhkan dirinya telungkup ke atas sebuah amben bambu.

Sekar Mirah itu kini sama sekali tidak dapat menahan tangisnya yang meledak-ledak tanpa dapat dikendalikan.

Halaman:

Editor: Gandung Kardiyono

Tags

Terkini

Pengamanan di Padepokan Ki Tambi Sangat Ketat

Rabu, 4 Oktober 2023 | 07:24 WIB

Temunggul akhirnya Memohon Maaf pada Bramanti

Selasa, 3 Oktober 2023 | 16:42 WIB

Wuranta Dicalonkan jadi Orang Kepercayaan Sidanti

Selasa, 3 Oktober 2023 | 08:41 WIB

Ki Tambi: Bukankah Anakmu Tidak Apa-apa, Nyai?

Senin, 2 Oktober 2023 | 17:11 WIB

Gerombolan Sidanti Tinggalkan Kademangan Jati Anom

Senin, 2 Oktober 2023 | 04:55 WIB

Terputuslah Nafas Sapu Angin yang Terakhir

Minggu, 1 Oktober 2023 | 19:17 WIB

Sidanti Mengajak Wuranta Bergabung dalam Pasukannya

Minggu, 1 Oktober 2023 | 12:39 WIB

Sidanti: Wuranta, Apakah Kau ingin Turut Aku?

Minggu, 1 Oktober 2023 | 07:28 WIB

Sidanti Gagal Menemukan Agung Sedayu

Sabtu, 30 September 2023 | 06:58 WIB

Ibu Bramanti Duduk Bersimpuh Berpegangan Tiang

Jumat, 29 September 2023 | 17:14 WIB

Agung Sedayu Menghindari Pertarungan dengan Sidanti

Jumat, 29 September 2023 | 08:29 WIB

Perlawanan Gigih Pemuda Candi Sari

Kamis, 28 September 2023 | 19:10 WIB

Dengan Suara Lantang Wuranta Menantang Agung Sedayu

Kamis, 28 September 2023 | 11:43 WIB

Pertemuan Wuranta dengan Sidanti yang Tidak Diduga

Kamis, 28 September 2023 | 07:16 WIB

Halaman Rumah Bramanti Jadi Ajang Pertarungan Berdarah

Rabu, 27 September 2023 | 16:54 WIB

Wuranta mendesis, Mereka telah Melihat Aku

Rabu, 27 September 2023 | 06:35 WIB
X