Ketika terlihat olehnya Sekar Mirah berdiri di sudut bersandar dinding,
maka tampaklah seleret giginya yang kemerah-merahan oleh sinar pelita yang dibawanya.
“Heh, heh, heh,” terdengar orang kecil itu tertawa, “aku mendapat tugas untuk memasang lampu ini Sekar Mirah. Jangan takut.”
Sekar Mirah tidak menyahut. Ia menjadi ngeri melihat wajah itu. Kecil tapi liar.
Ketika orang yang bertubuh kecil itu telah meninggalkan biliknya, maka kepedihan di dalam dada Sekar Mirah menjadi semakin menyekat dadanya.
Kini biliknya tidak lagi menjadi gelap. Sebuah pelita yang kecil telah terpancang di dinding. Tetapi justru sinar yang samar-samar itu telah menjadikan Sekar Mirah bertambah ngeri.
“Oh,” desahnya, “kenapa aku terlempar ke dalam sarang hantu-hantu semacam ini.” Namun ketika terasa dadanya mendesak air matanya menetes, ditahannya hatinya.
Ia harus tetap dapat menguasai dirinya. Ia harus tetap melihat dan mendengar keadaan di sekitarnya.
“Aku tidak boleh tenggelam” desahnya.
Bersambung