Api di Bukit Menoreh - Jilid 20 eps 10
Karya: SH Mintardja
Pada saat yang bersamaan, Kiai Gringsing dan Agung Sedayu menunggu di depan pendapa Kademangan Sangkal Putung dengan gelisah.
Keberangkatan mereka tertunda karena perkembangan keadaan di Sangkal Putung.
Hari itu datang seorang pesuruh dari Pajang yang mengabarkan bahwa pasukan Pajang sedang di perjalanan.
Baca Juga: Sekar Mirah: Aku Tidak Boleh Tenggelam
Pasukan yang akan diberikan kepada Untara untuk menghadapi hantu di lereng Merapi bersama Sanakeling dan pasukannya.
Tetapi ternyata sampai lewat senja pasukan itu belum juga datang.
“Kenapa kita harus menunggu Kiai?” bertanya Agung Sedayu.
Baca Juga: Dimata Sekar Mirah, Sidanti Seorang Pengecut
“Maksudku, aku akan dapat melihat pasukan itu lebih dahulu. Kemudian apabila kita dapat melihat kekuatan Tambak Wedi, maka segera kita akan dapat membuat perbandingan.”
“Ah. Apakah kita perlu menunggu lebih lama lagi?” bertanya Swandaru pula. “Biarlah kita berangkat. Hari telah menjadi gelap. Kita telah kehilangan waktu lagi satu hari.”
Kiai Gringsing mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya, “Baiklah kita segera berangkat. Lebih baik kita berangkat lebih dahulu.”
Kiai Gringsing itu pun segera menemui Untara dan Widura. Diberitahukannya kepada Senapati itu bahwa ia tidak dapat menunggu lebih lama lagi.
“Kalau keberangkatan kami tertunda, Ngger, maka akibatnya pasti kurang baik bagi adikmu, Ki Demang dan Swandaru.