Tanah Warisan - Jilid 5 eps 13
Karya : SH Mintardja
“Aku tidak usah mengulanginya. Anak itu telah mengatakannya.”
Kini wajah Bramanti menjadi merah. Darah mudanya mulai bergolak di dalam dirinya. Ia telah merasakan banyak sekali penghinaan.
Tetapi tuduhan yang licik ini membuat jantungnya mengelak. Telah sekian lama ia dihinakan. Sampai kapan? Ya sampai kapan? Seperti yang selalu di tanyakan oleh Ki Tambi kepadanya.
Baca Juga: Bramanti Menantang Temunggul untuk Bicara Jujur
Namun sebelum Bramanti menyahut, semua orang berpaling ke arah sebuah suara, “Aku meragukan keterangannya.”
“Panjang,” desis Temunggul.
“Kau Panjang?
Apakah kepentinganmu dengan kata-katamu itu? Kau tidak melihat peristiwa ini terjadi.”
“Apakah kau juga melihat Temunggul?” bertanya Panjang.
Baca Juga: Ki Tambi Berbisik pada Nyai Pruwita, Anakmu bukan Sembarang Orang
Pertanyaan itu pun telah mendebarkan dada Temunggul. Ia tidak dapat segera dapat menyahut. Namun terbata-bata ia berkata, “Tidak. Aku tidak melihat. Tetapi bukankah anak ini telah mengatakannya.”
“Justru kata-katanyalah yang aku ragukan.”
“Tutup mulutmu,” bentak Temunggul. “Apakah kau juga harus mendapat hukuman seperti Bramanti?”
“Aku hanya ingin melihat kebenaran. Menurut keyakinanku, bukan itulah yang terjadi sebenarnya.
Tetapi aku tidak tahu, apakah yang telah terjadi itu. Bahkan aku lebih percaya kepada Bramanti, bahwa seharusnya kau tidak usah menanyakannya kepadanya, karena kau mengetahui persoalan yang sebenarnya.”