Kwee Ceng terperanjat. "Ah, mengapa kau mengatakan demikian?" katanya.
Matanya Pek Thong membelalak.
"Apa yang aku pikir, apa yang aku kata!" ia kata dengan keras. "Kenapa aku tidak boleh mengatakan sesuatu? Karena itu, Oey Lao Shia menjadi sangat gusar. Dengan mendadak ia menyerang aku. Kita lantas jadi berkelahi. Karena perkelahian itu, kesudahannya aku mesti duduk bercokol di sini selama limabelas tahun…"
"Jadinya toako kalah?" Kwee Ceng menegaskan.
Ciu Pek Thong tertawa.
"Jikalau aku menang, tidak nanti aku berada di sini," sahutnya. "Dia telah menghajar patah kedua kakiku, dia memaksa aku mengeluarkan Kiu Im Cin-keng bagian atasnya, katanya untuk dibakar buat menyembahyangi arwah istrinya. Aku tidak serahkan kitab itu, yang aku simpan di dalam gua ini, aku sendiri menjaga di depan. Aku telah berkeputusan, asal ia memaksa, hendak aku meludaskan kitab itu. Atas sikapku itu, Oey Yok Su bilang bahwa akhirnya mesti ada jalan untuk dia mendapatkannya, ialah dengan membikin aku meninggalkan gua ini. 'Marilah kita coba!' aku menantang. Demikian sudah terjadi, aku berdiam saja di dalam gua ini, aku mensia-siakan tempo limabelas tahun. Dia tidak berani membikin aku kelaparan, dia telah mempergunakan pelbagai macam tipu daya, akan tetapi tetap dia tidak berhasil. Aku tidak kena dipaksa atau dibujuk. Hanya tadi malam hampir aku runtuh juga, syukur kau datang mebolongi. Baiknya ada hantu atau malaikat yang bawa kau padaku, jikalau tidak tentulah kitab itu sudah terjatuh ke dalam tangannya Oey Lao Shia."
Kwee Ceng berpikir banyak mendengar keterangannya Pek Thong itu.
"Toako, habis bagaimana selanjutnya?" ia menanya.
Pek Thong tertawa.
"Hendak aku melewatkan waktu bersama-sama Oey Lao Shia, untuk membuktikan, dia yang terlebih panjang umur atau aku yang hidup terlebih lama!" sahutnya.
Kwee Ceng merasa itu bukanlah daya sempurna, hanya ia sendiri masih belum bisa memikir sesuatu.
"Kenapa Ma Totiang dan lainnya tidak datang menolongi toako?" tanyanya kemudian.
"Kebanyakan mereka tidak ketahui aku berada di sini," menyahut Pek Thong. "Umpama kata mereka mendapat tahu, tidak nanti mereka dapat masuk ke mari, kecuali Oey Lao Shia sengaja memberikan ketikanya."
Kwee Ceng berdiam, ia berpikir pula. Tentang Ciu Pek Thong ia telah memperoleh kepastian, usia dia tinggi tetapi sifatnya gembira, seperti anak-anak yang doyan bergurau, omongannya pun polos dan langsung, tidak licik. Ia merasa suka terhadap ini orang tua, yang sebaliknya pun menyukai lainnya.
Tidak lama, matahari merah sudah naik tinggi, si bujang tua datang pula dengan barang makanan.