Bab 36. Ilmu silat dari kitab yang diperebuti
Entah sudah lewat berapa banyak hari, maka pada suatu tengah hari bersantap, Ciu Pek Thong berkata pada adik angkatnya: "Adik, kau telah berhasil mewariskan ilmu silat Kong-beng-kun, selanjutnya aku tidak bakal mampu merobohkan kau pula. Karena itu kita harus menukar caranya bermain-main."
Kwee Ceng gembira, dia tertawa. "Bagus, toako. Apakah caramu itu?"
"Sekarang kita bermain seperti empat orang lagi berkelahi…"
"Apa, empat orang?"
"Benar, empat orang," sang kakak memberi kepastian. "Diumpamakan tangan kiriku satu orang dan tangan kananku satu orang. Demikian juga sepasang tanganmu, diandaikan dua orang. Kita empat orang masing-masing tidak saling membantu, kita berkelahi dalam empat rombongan. Pasti akan menarik hati!"
Kwee Ceng gembira, ia tertawa pula. "Cuma sayang tidak dapat aku membagi tanganku," katanya.
"Nanti aku ajari. Sekarang kita umpamakan bertiga dulu."
Pek Thong mulai menyerang. Ia dapat memecah diri menjadi seperti dua orang. Kwee Ceng melayani seorang diri. Di saat si adik angkat terdesak. Pek Thong menggunai tangan lainnya membantu. Ia dapat memisah tangan kiri dari tangan kanan.
Setelah merasa cukup lama, keduanya berhenti. Kwee Ceng senang dengan permainan ini. Mendadak ia ingat Oey Yong. Coba Yong-jie ada bersama, bukankah mereka bertiga bisa berkelahi seperti enam orang? Ia pun percaya Oey Yong senang dengan permainan ini.
Pek Thong bersemangat sekali, setelah Kwee Ceng sudah beristirahat cukup, ia mengajak untuk mulai lagi. Ia pun senang si anak muda dapat melayani. Ia kata: "Kalau kau belum menyakinkan ilmu Coan Cin Pay, tidak nanti kau dapat mengendalikan diri seperti ini. Sekarang dapat kau menggunai tangan kiri dengan Lam-san-ciang dan tangan kanan Wat-lie-kiam."
Dengan Lam-san-ciang itu dimaksudkan pelajaran yang didapat dari Lam Hie Jin, dan Wat-lie-kiam dari Han Siauw Eng.
Pek Thong saban-saban memberi keterangannya, maka selang beberapa hari lagi, benar-benar Kwee Ceng sudah dapat memisahkan kedua tangannya masing-masing, maka selanjutnya bisalah mereka berdua bertempur seperti berempat.
"Sekarang mari kita coba," kataPek Thong kemudian. "Tangan kananmu dan tangan kiriku menjadi satu kawan, dan tangan kananku dan tangan kirimu menjadi kawan yang lain, kita saling melawan."
Kwee Ceng terus bergembira. Ia mematahkan secabang pohon, buat dicekal tangan kanan bagaikan pedang. Dengan begitu mereka mulai bertempur, mulanya perlahan-lahan. Terus Pek Thong memberikan keterangan, sampai adik angkatnya itu mengerti betul-betul. Dengan begitu, adik angkat itu dapat lagi semacam ilmu yang luar biasa itu.