Kwee Ceng tidak cerdas, ada bagian-bagian yang ia tidak mengerti, ia menanyakan itu.
Pek Thong berlaku sabar luar biasa untuk memberikan penjelasannya, sesaudh mana, dari bagian atas ia menyambung ke bagian bawah. Cuma, untuk tidak membikin orang curiga, ia suka mengambiln jalan menyimpang.
Luar biasa caranya mengajarnya Ciu Pek Thong ini. Beda dari semua guru lainnya, ia tidak memberi penjelasan dengan gerakan tangan atau kakinya, tetapi meski pun demikian, berkat bahan baik dari Kwee Ceng, yang pun bersungguh-sungguh, dan berkat kesabarannya sendiri, ia memperoleh hasil. Setelah Kwee Ceng mengerti, ia mencoba membandingkan itu dengan ilmu silat Coan Cin Pay.
Kwee Ceng tetap tidak mendusin bahwa ia sudah mendapatkan pelajaran-pelajaran dari Kiu Im Cin-keng. Hal ini membuat Pek Thong sangat girang, walaupun tengah bermimpi, ia suka tertawa sendirinya.
Selama beberapa hari ini, Oey Yong pun terus membikinkan Kwee Ceng beberapa rupa barang hidangan yang digemari si anak muda. Cuma ia tidak muncul menemui anak muda itu.
Kwee Ceng berlega hati, ia mantap belajar silat, ia mendapat kemajuan hebat.
Pada suatu ahri Pek Thong mengajari ilmu mencengkram atau menjambak Kiu Im Pek-ku Jiauw. Sebagai sasarannya adalah tembok gua.
"Pusatkan perhatianmu! Gunakan sepuluh jarimu!" berkata si guru.
Kwee Ceng menurut. Selang beberapa kali, dia heran.
"Toako," katanya, "Aku lihat Bwee Tiauw Hong pernah mempelajari ilmu semacam ini, melainkan sasarannya ialah manusia hidup, dengan jarinya ia mencengkram batok kepala orang, dia kejam sekalli!"
Di dalam hatinya Pek Thong terkejut juga. Pikirnya: "Memang, Bwee Tiauw Hong itu mengambil jalan yang sesat, sebab ia tidak tahu bagian atasnya. Ia cuma turuti kitab bawah yang bunyinya: 'Diwaktu bertempur, dengan jari-jari tangan mencengkram batok kepala lawan.' Ia tentunya pikir, melatihnya pun mesti memakai manusia hidup. Dia mulai curiga, baiklah aku mengubahnya…" Maka sembari tertawa ia berkata: "Dia mempelajari ilmu sesat, dia beda dari kita kaum sejati. Baiklah, kita menunda mempelajarinya ini ilmu Kiu Im Sin-jiauw, aku nanti mengajari kau lain ilmu dalam." Sembari berkata begitu, ia berpikir: "Baik aku mengajari dulu bagian atas sampai dia hapal benar, kemudian baru bagian bawah. Kalau keduanya menemui runtunannya, tentulah ia tidak bercuriga lagi."
Kwee Ceng menurut, maka ia mulai dari bagian atas.
Seperti biasa dengan pelajaran baru, Kwee Ceng selalu menemui kesulitan, ialah tidak gampang ia mendapat ingat atau mengerti, karena ini, berulangkali ia meminta keterangan, dan saban-saban Ciu Pek Thong mesti menjelaskannya. Penjelasan ini sering sampai beberapa puluh kali, meski Kwee Ceng tidak dapat mengerti maksudnya, ia toh dapat membaca di luar kepala. Karena ini, mereka meminta tempo lagi beberapa hari lagi, baru setelah itu, Kwee Ceng mulai melatih dengan tangan dan kakinya.
Sering Kwee ceng melihat kakaknya itu tersenyum atau tertawa sendirinya, ia tidak curiga, sebab ia tahu kakak angkatnya ini memangnya nakal dan suka bergurau.
Kemudian pada suatu pagi, habis Kwee Ceng berlatih, bujang tua membawakan mereka barang makanan. Kali ini Kwee Ceng lantas dapat melihat sebuah bakpauw yang ada tandanya. Tidak menanti habis dahar, ia bawa bakpauw itu ke pepohonan yang lebat, untuk dibuka dan diperiksa isinya. Oey Yong menulis surat yang bunyinya membuatnya kaget. Nona itu menulis: