"Ya, sungguh mirip kodok buduk!" serunya.
Sementara itu Auwyang Kongcu telah melihat orang duduk berendeng dan bicara-bicara sambil tertawa dengan asyik, bukan main ia mendongkolnya. Ia menjadi sangat bercemburu. Menuruti hatinya, hendak ia melompat naik ke atas, untuk menggusur Kwee Ceng. Celaka untuknya, ia merasakan dadanya masih sakit, hingga tidak dapat ia mengeluarkan tenaga. Ia mendengar Oey Yong menyebut-nyebut kodok buduk, hatinya bertambah panas, ia menyangka ialah yang dikatakan si kodok buduk yang mengharap mencaplok daging angsa kayangan. Sekarang ia tidak dapat menguasai lagi dirinya, dengan tangan kanan menggenggam tiga biji torak Hui-yang Gin-so, ia bertindak perlahan-lahan mutar ke belakang paseban itu, lalu dengan diam-diam juga ia menyerang ke atas pesaben, kepada sepasang muda-mudi itu. Ia dapat berbuat demikian dengan leluasa karena lain-lain orang tengah menonton pertempuran yang nampaknya lucu itu. Ia mengarah punggungnya Kwee Ceng.
Pemuda she Kwee ini tidak curiga suatu apa. Ia lagi asyiknya mengawasi pertempuran yang justru tiba disaatnya Ang Cit Kong, gurunya hendak menggunakan Hang Liong Sip-pat Ciang akan melayani terus kepada Auwyang Hong.
Oey Yong tidak ketahui Pak Kay dan See Tok ini, dua orang paling kosen di jaman itu, tengah menghadapi pertempuran yang memutuskan, yang membahayakan salah satu diantaranya, karena itu ia masih dapat tertawa haha-hihi dan dengan tangannya tunjuk sana-sini. Secara kebetulan saja, ia melihat satu tubuh di luar paseban bambu. Dasar cerdik sekali, ia menyangka kalau-kalau Auwyang Kongcu main gila. Maka hendak ia memasang matanya. Justru itu waktu ia mendengar desiran angin dari senjata rahasia, yang melesat ke arah punggungnya Kwee Ceng, sedang Kwee Ceng sendiri tidak mengetahui itu. Tidak sempat lagi ia menangkis, segera ia bergerak menubruk diri ke punggungnya si anak muda, dengan begitu tubuhnya mewakilkan anak muda itu menyambuti serangan tiga biji Hui-ya Gin-so yang tepat mengenai punggungnya sendiri.
Nona ini mengenakan baju lapis joan-wie-kah, ia tidak terluka, cuma saking kerasnya serangan, ia merasakan nyeri juga. Dengan sebat ia memutar balik tangannya, akan menyambar ketiga biji torak, kemudian sembari tertawa ia berkata; "Kau menggaruki gatal dipunggungku, bukankah? Banyak-banyak terima kasih! Nah, ini aku kembalikan garukanmu!"
Auwyang Kongcu terperanjat, ia memasang matanya. Ia khawatir si nona benar-benar nanti menyerang padanya. Ia tidak mau mempercayai si nona itu sudi dengan baik hati memulangi toraknya itu. Hanya ia menanti dengan sia-sia. Si nona masih memegangi senjata rahasianya itu, dia tidak mengayunkan tangannya.
Menampak demikian, kongcu ini segera menjejak tanah dengan kakinya yang kiri, untuk mengapungkan diri berlompat ke atas pesaben bambu itu. Ia hendak membanggakan ringannya tubuhnya. Disitu ia berdiri di satu pojok, bajunya yang putih berkibaran di antara sampokannya angin, hingga nampak sikapnya yang bagus, baguskan seorang suci.
"Sungguh bagus ilmu ringan tubuhmu!" Oey Yong berseru dengan pujiannya. Lalu dia maju setindak untuk berlompat naik ke atas pesaben, untuk menghampirkan, untuk membayar pulang torak orang.
Butek pikirannya Auwyang Kongcu menyaksikan tangan si nona yang putih halus dan montok itu, putih bagaikan salju. Ia lantas mengulurkan tangannya, guna menyambuti senjata rahasianya, sekalian ingin ia meraba tangan yang halus itu, tatkala tiba-tiba saja ia mendapat lihat sinar kuning keemas-emasan berkelebat di depan matanya. Dua kali sudah ia merasakan tangannya si nona, maka tanpa bersangsi pula, ia lompat berjumpalitan turun dari atas pesaben itu. Sambil berkelit secara demikian, ia juga mengibas-ngibaskan tangan bajunya, maka juga berhasil ia meruntuhkan jarum emasnya si nona.
Oey Yong tertawa terkekeh walaupun serangannya itu gagal. Ia tidak berhenti sampai di situ. Dengan sekonyong-konyong saja, ia menyerang pula dengan tiga biji toraknya si anak muda, untuk menghajar embun-embunnya pemuda itu.
"Jangan!" berseru Kwee Ceng kaget, menampak perbuatannya si nona itu, untuk dibawa lompat turun.
Belum lagi anak muda ini dapat menginjak tanah, kupingnya dapat mendengar satu suara nyaring, yang mana dengan suara cegahannya Oey Yok Su, "Saudara Hong, berlakulah murah hati!"
Kwee Ceng segera merasakan dorongannya angin yang keras, bagaikan gunung roboh menguruk lautan, mengenakan dadanya. Berbareng dengan itu, ia khawatir, Oey Yong nanti terluka, dari itu lekas-lekas ia mengerahkan tenaganya, ia menggunai jurus "Melihat naga di sawah" dari Hang Liong Sip-pat Ciang. Dengan jurusnya itu ia menolak dorongan keras itu.
Dimana dua-dua pihak menggunai tenaga besar, kedua tenaga itu bentrok keras sekali. Sebagai kesudahannya, Kwee Ceng tertolak mundur tujuh atau delapan tindak, karena pertahanannya tidak dapat mengalahkan Ilmu Silat Kodok dari Auwyang Hong yang lihay itu.
Lekas-lekas Kwee Ceng melepaskan tubuh Oey Yong , lekas-lekas juga ia memasang kuda-kudanya, guna melayani terlebih jauh See Tok si Bisa dari Barat itu, yang sudah hendak menyerang pula padanya. Hanya belum lagi mereka bentrok pula, Ang Cit Kong berdua Oey Yok Su sudah berlompat maju menghalang di antara mereka.