Oey Yong sudah lantas lari pulang, untuk mengambil pakaian untuk ayahnya menukar pakaiannya yang basah dan bau itu. Ia pun membawa sepotong baju lain, baju ayahnya juga, yang mana ia serahkan pada Auwyang Hong.
Selesai dandan, kembali Oey Yok Su masuk ke dalam gua. Ia memeriksa dengan teliti. Sekarang tidak ada laigi lain jebakan. Ia periksa pula huruf-huruf tadi, di bagian yang ditutupi daun, di situ ia melihat dua baris huruf-huruf yang halus, bunyinya:
Daun ini jangan sekali-kali diangkat atau ditarik, sebab di atas ini ada air kencing yang bau yang dapat mengalir turun. Hati-hatilah, hati-hati, jangan menganggap bahwa kau telah tidak diberi ingat terlebih dulu!”
Oey Yok Su mendongkol berbareng geli di hati. Sebab ia telah menjadi korban dari keteledorannya sendiri. Tapi sekarang ini ia ingat suatu apa, ia seperti baru sadar. Ia ingat, diwaktu ia kena kesiram, ia merasakan air kencing itu masih rada hangat. Itu artinya orang pergi belum lama. Maka ia lantas lari keluar seraya berkata: “Loo Boan Tong pergi belum jauh, mari kita susul padanya!”
Kwee Ceng terkejut. Ia ketahui dengan baik, apabila mereka bertemu, pasti mereka bertempur. Hendak ia mencegah mertuanya. Tapi sudah kasep, Oey Yok Su sudah kabur ke timur.
Orang semua tahu jalanan di pulau ini luar biasa, mereka menyusul dengan lari sekeras-kerasnya. Kalau mereka ketinggalan jauh, mereka bisa mendapat susah.
Mereka berlari-lari tidak lama atau mereka tampak Ciu Pek Thong di sebelah depan mereka, jalannya perlahan-lahan.
Oey Yok Su menjejak tanah, tubuhnya lantas mencelat pesat dan jauh. Maka di lain saat ia sudah tiba di belakangnya orang kurungannya itu, sebelah tangannya dipakai untuk menyambar ke arah leher.
Ciu Pek Thong rupanya ketahui datangnya serangan, ia berkelit ke kiri seraya membalik tubuhnya, sembari memandang penyerangnya itu dan berkata: “Oh Oey Lao Shia yang harum semerbak!”
Sambarannya Oey Yok Su ini adalah sambaran yang ia telah latih selama beberapa puluh tahun, sebatnya luar biasa, akan tetapi Ciu Pek Thong dapat mengegosnya secara demikian sederhana, hatinya menjadi terkesiap. Ia tidak menyerang terlebih jauh, hanya ia mengawasi orang. Ia lantas menjadi heran. Ternyata kedua tangannya Ciu pek Thong terikat di depan dadanya, akan tetapi muka orang tersungging senyuman, sikapnya menyatakan orang bergembira sekali, saking puasnya hati.
Kwee Ceng sudah lantas maju setindak.
“Toako!” ia memanggil. “Sekarang ini tocu telah menjadi mertuaku, maka kita pun menjadi orang sendiri!”
Pek Thong menghela napas.
“Ah, mengapakah kau tidak dengar kataku?” katanya menyesal. “Oey Loa Shia ini sangat licik dan aneh, maka itu bisakah anak perempuannya satu anak yang boleh dibuat sahabat olehmu? Nanti, seumur hidupmu, akan kau merasakan kepahitan….”
Oey Yong maju mendekati, ia tertawa.