Oey Yok Su tapinya berpikir; “Kita sudah tidak bertemu lamanya duapuluh tahun, mana kau ketahui kemajuanku tidak dapat melayani dia?” Maka terus ia berkata kepada Ciu Pek Thong: “Pek Thong, telah aku bilang padamu, asal kau mengajari aku Kiu Im Cin-keng, habis aku menyembahyangi istriku almarhum, akan aku merdekakan kau. Sekarang kau hendak pergi ke mana?”
“Sudah bosan aku berdiam di pulau ini, hendak aku pergi pesiar,” menyahut Pek Thong.
Oey Yok Su mengulurkan tangannya.
“Mana kitab itu?” dia minta.
“Toh sudah dari siang-siang aku memberikannya pada kau,” sahut Pek Thong.
“Kau ngaco belo! Kapan kau memberikannya?”
Pek Thong tertawa.
“Kwee Ceng khan baba mantumu, bukan?” dia balik menanya. “Apa yang menjadi kepunyaannya, bukankah menjadi kepunyaanmu juga? Aku telah ajari dia Kiu Im Cin-keng dari kepala sampai buntut, apa itu bukan sama saja seperti aku mengajari sendiri?”
Kwee Ceng terkejut.
“Toako!” tanyanya. “Benarkah itu Kiu Im Cin-keng?”
Ciu Pek Thong tertawa berkakakan.
“Mustahilkah yang palsu?” ia membaliki.
Oey Yok Su tetap heran.
“Kitab bagian atas memang ada pada kau,” ia berkata, “Habis darimana kau dapatinya yang bagian bawah?”
Lagi-lagi Pek Thong tertawa.