Pendekar Pemanah Rajawali Bab 39.4 Ciu Pek Thong Ingin Naik Perahu Besar

- Minggu, 19 Maret 2023 | 16:14 WIB

“Baiklah!” serunya sengit. “Kau coba saja!” Ia melanjuti menyerang dengan dua tangannya itu, menghajar sebelah tangan lawan, yang dipakai menangkis.

Begitu kedua tangan bentrok, begitu terdengar suara keras. Begitu lekas juga Ciu Pek Thong jatuh terduduk, kedua matanya ditutup rapat.

Melihat begitu, Oey Yok Su tidak menyerang pula.

Cuma lewat sedetik, Ciu Pek Thong mengasih dengar satu suara, dari mulutnya muncrat darah hidup, mukanya pun menjadi pucat paci.

Semua orang heran dan tercengang. Mungkin Pek Thong tidak menang, tetapi belum tentu dia kalah. Maka, kenapa dia tidak hendak menggunai dua-dua tangannya?

Habis muntah darah, Pek Thong berbangkit dengan perlahan-lahan.

“Aku mempelajari Kiu Im Cin-keng diluar tahuku, tetapi meskipun demikian aku telah melanggar juga pesan kakak seperguruanku. Jikalau aku menggunai kedua-dua tanganku, Oey Lao Shia, pasti tidak nanti kau sanggup melawan aku.”

Oey Yok Su percaya kata-kata itu, ia membungkam. Ia pun merasa tidak enak sendirinya. Bukankah tanpa sebab ia sudah mengurung orang limabelas tahun dipulaunya itu dan sekarang ia melukakannya? Maka itu ia merogoh sakunya mengeluarkan satu kotak kumala, dari dalam situ ia mengambil tiga butir obat pulung warna merah, yang mana terus ia angsurkan kepada lawannya itu. Ia berkata: “Pek Thong, obat luka di kolong langit ini tidak ada yang melebihkan ini pil Siauw-hun-tan dari Tho Hoa To. Kau makan ini setiap tujuh hari sekali, lukamu bakal tidak mendatangkan bahaya. Sekarang, mari aku antar kau keluar dari pulauku ini.”

Pek Thong mengangguk. Ia sambuti pil itu, satu di antaranya ia lantas telan. Habis itu ia meluruskan napasnya.

Kwee Ceng sudah lantas berjongkok di samping toako ini, untuk menggendongnya, setelah mana ia berjalan mengikuti mertuanya hingga di tepi laut. Di muara tertampak enam atau tujuh buah perahu, besar dan kecil.

Auwyang Hong, yang mengikuti berkata kepada Oey Yok Su: “Saudara Yok, tidak usah kau menggunai lain perahu untuk mengantarkan Ciu Toako keluar dari pulau ini, aku minta dia suka naik perahuku saja.”

“Dengan begitu aku membikin kau berabe, saudara Hong”, menyahut Oey Yok Su menerima tawaran. Ia lantas memberi tanda kepada bujang gagu, maka bujang itu pergi masuk ke dalam sebuah perahu besar darimana dia membawa keluar sebuah penampan yang berisikan uang goanpo emas.

“Pek Thong, sedikit emas ini pergilah kau bawa untuk kau pakai,” berkata Oey Yok Su pada Loo Boan Tong. “Kau benar terlebih lihai dari Oey Lao Shia, aku takluk padamu!”

Pek Thong meram sejak tadi, perlahan-lahan ia membuka matanya. Kembali ia perlihatkan kenakalannya. Ia melihat ke perahunya Auwyang Hong, di kepala perahu itu dipancar bendera putih di mana ada di sulam dua ekor ular-ularan. Menyaksikan itu ia tidak senang.

Auwyang Hong menepuk tangannya, terus ia mengeluarkan seruling kayu yang ia tiup beberapa kali. Tidak lama dari situ, dari dalam rimba terdengar suara berisik sekali. Lalu terlihat dua bujang gagu memimpin beberapa pria berpakaian putih keluar dari rimba, mereka itu menggiring rombangan ularnya. Dengan menggeleser di beberapa lembar papan, yang dipasang di antara perahu dan pinggiran, semua binatang berlegot itu naik ke dalam perahu, berkumpul di dasarnya.

Halaman:

Editor: Suantho

Tags

Terkini

Katakanlah dengan Bunga Papan!

Kamis, 23 Maret 2023 | 18:53 WIB
X