Sementara itu Cit Kong telah mencurigai Oey Yok Su. Ia berlaku jenaka tetapi hatinya berpikir. Kenapa Tong Shia menghalangi orang memakai perahunya yang besar dan indah itu? Bukankah di situ mesti ada terselip rahasia? Sebaliknya Ciu Pek Thong berkeras hendak menaiki perahu itu, apabila ada bahaya, seorang diri tidak nanti Pek Thong dapat membela dirinya. Bukankah Pek Thong tengah terluka di dalam badan? Maka itu ia anggap perlulah ia menemani untuk membantu apabila perlu.
“Hm!” Oey Yok Su memperdengarkan suara di hidung. “Kamu berdua lihai, aku pikir umpama kamu menghadapi bahaya, kamu bisa menyelamatkan diri, maka itu aku Oey Yok Su berkhawatir berlebih-lebihan. Kwee Sieheng, kau pun boleh ikut pergi bersama!”
Kwee Ceng terkejut saking herannya. Bukankah aneh mertua itu? Ia suka diakui sebagai mantu, ia sudah panggil “Ceng-jie” anak Ceng, tetapi sekarang panggilan itu diubah pula menjadi “sieheng” yang asing. Ia memandang mertuanya itu.
“Gakhu…” katanya.
“Bocah cilik yang termaha!” membentak Oey Yok Su. “Siapakah gakhumu?! Sejak hari ini, jikalau kau menginjak pula Tho Hoa To setindak, jangan kau sesalkan aku Oey Yok Su keterlaluan!”
Mendadak ia menyambar punggungnya satu bujang gagu di sampingnya seraya ia menambahkan: “Inilah contahnya!”
Bujang gagu itu sudah dipotong lidahnya, maka itu waktu ia menjerit, suaranya tidak keruan. Sampokan itu membuat tubuhnya terpelanting seperti terbang, terlempar ke laut di dalam mana ia lantas hilang tenggelam. Lebih dulu daripada itu semua anggota di dalam tubuhnya itu sudah hancur luluh.
Semua bujang lainnya menjadi akget dan ketakutan, mereka lantas pada berlutut.
Semua bujang yang ada di Tho Hoa To ini ada bangsa jahat dan tidak mengenal budi, tentang mereka itu, Oey Yok Su sudah mencari tahu jelas sekali, maka ia tawan mereka dan dibawa ke pulau, lidah mereka semua dikutungi dan kupingnya ditusuk hingga menjadi tuli, setelah itu ia wajibkan mereka melayani padanya. Ia sendiri pernah berkata: “Aku Oey Yok Su, aku bukannya seorang kuncu. Kaum kangouw menyebut aku Tong Shia, si Sesat dari Timur, maka dengan sendirinya tak dapat aku bergaul sama bangsa budiman. Bujang-bujang, semakin ia jahat, semakin tepat untukku.”
Orang menghela napas menyaksikan ketelengasan tocu dari Tho Hoa To ini.
Kwee Ceng kaget dan heran, ia lantas menekuk lutut.
“Apakah dari dia yang tak memuaskanmu?” Ang Cit Kong tanya Tong Shia.
Oey Yok Su tidak menjawab, hanya ia memandang Kwee Ceng dan menanya dengan bengis: “Bagian bawah dari Kiu Im Cin-keng itu, bukankah kau yang memberikannya kepada Ciu Pek Thong?!”
“Ada sehelai barang yang aku berikan pada Ciu Toako, aku tidak tahu barang apa itu,” menyahut Kwee Ceng. “Jikalau aku tahu….”
Bagaikan orang yang tak tahu salatan, yang tak mengenal berat dan entengnya urusan , Ciu Pek Thong memotong kata-kata adik angkatnya itu. Hebat kegemarannya bergurau.