Cucut tadi, setelah jatuh di air, dia timbul pula, perutnya lebih dulu. Dia mati dengan lantas. Segera setelah itu, tujuh atau delapan ekor cucut lainnya datang, untuk menyambar menggigit, menggerogoti dagingnya, disusul oleh yang lainnya lagi. Sebentar saja, cucut itu habis tinggal tulang-tulangnya yang tenggelam ke dasar laut. Hanya aneh semua cucut yang menggerogoti itu, hanya berselang beberapa menit, pada timbul pula dengan perut di atas, tubuhnya mengambang. Sebab semauanya telah mati. Lalu mereka dikeroyok pula oleh yang lain-lainnya, yang masih hidup. Kejadian ini terulang lagi. Setaip cucut yang memakan daging kawannya lantas mati, dia digegaresi kawan lainnya, kawan ini pun mati dan menjadi makanan kawannya lagi. Demikian seterusnya, matilah setiap cucut yang makan daging kawannya sendiri. Maka juga selang sekian lama, bukan puluhan melainkan ratusan mayat cucut pada mati ngambang. Mungkin itu akan menjadi ribuan korban….
Menyaksikan itu, Ang Cit Kong menghela napas.
"Tua bangka beracun, tua bangka beracun!" katanya. "Dayamu sungguh-sungguh sangat jahat! Cuma bisanya dua ekor ular, korbannya begini banyak…."
Auwyang Hong tidak menjawab hanya ia mengawasi Ciu Pek Thong, dia tertawa girang sekali, tandanya hatinya sangat puas.
Pek Thong membanting-banting kakinya, tangannya mencabuti kumisnya.
Di muka air, di sana sini, terlihat hanya mengambangnya bangkai-bangkai cucut.
"Saudara Hong," kata Cit Kong kemudian, "Ada satu hal yang aku tidak mengerti, ingin aku kau menerangkannya."
"Apa itu saudara Cit?" tanya Auwyang Hong.
"Racunmu secangkir, kenapa lihaynya begitu rupa dapat membinasakan cucut begini banyak?"
"Itulah sederhana saja!" Auwyang Hong tertawa. "Inilah disebabkan bisa ularku berbisa luar biasa. Kalau bisa ini dimakan seekor ikan, ikan itu keracunan, lantas semua dagingnya menjadi beracun juga, kalau dia dimakan oleh cucut yang lain, cucut itu pun mati keracunan. Keracunan ini terjadi terus-menerus, racunnya bahkan jadi semakin hebat, bukannya menjadi berkurang. Dan bekerjanya racun tak habis-habisnya."
Kata-katanya See Tok ini dibuktikan dengan cepat. Kecuali bangkai cucut, di situ tidak ada cucut lainnya lagi yang masih hidup. Mungkin ada yang telah kabur. Ikan-ikan kecil pun menjadi korban cucut atau kabur juga….
Laut lantas menjadi tenang seperti biasa.
"Lekas, lekas menyingkir!" berkata Cit Kong. "Hawa racun di sini sangat hebat!"
Auwyang Hong memberikan titahnya maka tiga buah layar perahunya dikerek naik, hingga di lain saat perahunya itu sudah menggeleser menuruti sampokan angin Selatan menuju ke barat laut.
"Tua bangka berbisa, benar-benar bisamu hebat," berkata Pek Thong kemudian. "Sekarang kau menghendaki aku berbuat apa? Kau bilanglah!"