Kwee Ceng melihat tegas kesulitan gurunya, sedang ular datang semakin dekat. Tiba-tiba saja ia berseru, tubuhnya merosot turun, tangannya tetap memeluki tiang. Berbareng dengan itu, Cit Kong menjejak dengan kaki kirinya, untuk mengapungi tubuhnya, sementara kaki kanannya sekalian dipakai menedang musuhnya. Sambil berlompat menyerang itu, tongkatnya diulur ke depan.
Inilah yang Kwee Ceng harap. Pemuda ini mengulur sebelah tangannya, menyambar tongkat gurunya, setelah dapat mencekal, ia menarik dengan keras. Justri Ang Cit Kong tengah mengapungkan tubuhnya, tubuhnya itu terus tertarik terangkat naik oleh muridnya itu.
Pak Kay lantas saja tertawa ponjang. Tengah tubuhnya terangkat, tangan kirinya menyambar layar, maka dilain saat, ia seperti sudah tergantung di tengah udara, berada di sebelah atas dari muridnya.
Sampai itu waktu, guru dan murid itu telah berada di atas tiang layar, di atasan dari kedua lawan mereka. Dengan begitu mereka jadi menang di atas angin.
Auwyang Hong tidak berani lompat naik ke tiang layar, guna menyusul. Ia tahu kedudukannya yang lebih tak menguntungkan.
"Baiklah!" ia berseru, bersiasat. "Mari kita bersiap! Putar haluan ke timur!"
Benar saja, hanya dalam tempo sedetik, arah perahu telah berputar. Sementara itu di kaki tiang layar, kawanan ular sudah berkumpul.
Ang Cit Kong duduk bercokol, agaknya ia gembira sekali, karena ia sudah lantas menyanyikan lagu "Lian Hoa Lok", atau "Bunga teratai rontok", nyanyian istimewa untuk bangsa pengemis. Sebenarnya di dalam hati, ia sangat masgul. Ia menginsyafi bahwa mereka terus terancam bahaya.
"Berapa lama aku dapat berdiam di sini? Bagaimana kalau si mahluk beracun menebang tiang ini?" Demikian pikirnya. "Kalau ular itu tak mau bubar, mana bisa aku turun dari sini? Mereka itu boleh dahar dan tidur enak, kita berdua mesti makan angin….."
Mendadak ia ingat suatu apa.
"Anak Ceng, kasih mereka minum air kencing!" tiba-tiba ia serukan muridnya seraya ia sendiri lantas mengendorkan ikat celananya.
Dasar masih kekanak-kanakan, Kwee Ceng turut itu anjuran
"Nah, silahkan minum! Silahkan minum!" serunya.
Maka berdua mereka menyiram ke bawah!
"Lekas singkirkan ular!" teriak Auwyang Hong kaget. Ia sendiri segera berlompat mundur beberapa tindak, hingga ia tak usah kena tersiram air harum itu.