Si Bisa dari Barat ini telah mengerahkan tenaganya, umpama di situ ada Ang Cit Kong atau Tong Shia Oey Yok Su, tidak nanti mereka berani melawannya dari depan, apa pula seorang seperti Kwee Ceng.
Sebenarnya juga, Auwyang Hong melayani Kwee Ceng sebagai lagi berlatih, tidak heran Leng Tie Siangjin melihatnya menjadi muak. Ada sebabnya kenapa See Tok berbuat demikian. Itulah disebabkan Kwee Ceng menggunai Khong-beng-kun. Maka See Tok melayani, untuk menanti sampai anak muda itu habis menjalankan semua jurus dari ilmu silatnya itu, habis itu baru ia hendak turun tangan, mencekuk si pemuda. Sayang maksudnya tak segera kesampaian. Mendadak Wanyen Lieh masuk ke air tumpah itu dan ia mesti dengarb itu pertanyaan yang seperti serupa ejekan, hingga hatinya menjadi panas. Ia lantas bertindak. Meski begitu, ia tidak mau membinasakan Kwee Ceng, sebab si bocah masih dibutuhkan olehnya. Dilain pihak, ia tidak menginsyafi bocah yang polos dan jujur itu, yang taat dengan tugasnya.
Kwee Ceng tidak mau mundur, sekalipun ia mesti mati terbinasa. Hendak ia melindungi surat wasiatnya Gak Bu Bok. Begitu ia menyingkir, pasti Auwyang Hong akan mendapatkan surat wasiat itu, di situ ada banyak pahlawan raja tetapi menghadapi Auwyang Hong, pastilah mereka tidak berdaya. Di dalam keadaan seperti itu, selagi bahaya mengancam - sebab ia tahu ia tidak sanggup menangkis- ia mengenjot kedua kakinya, akan mengapungi diri tinggi empat kaki. Secara begitu, ia bebas dari serangan. Ketika turun pula, ia tetap berada di muka gua di mana ia menghadang seperti semula.
"Bagus!" berseru Auwyang Hong kagum. Segera ia menarik pulang kedua tangannya.
See Tok ada sangat hebat. Kalau serangannya bertenaga beberapa ratus kati, tarikan pulang tangannya pun masih bertenaga besar, ada tenaga menariknya.
Kwee Ceng terkejut akan merasakan angin menolak punggungnya. Ia mengerti ancaman bahaya. Ia memutar balik tangannya, untuk membela diri. Kali ini ia menggunai jurus "Sin liong pa bwee" atau "Naga sakti menggoyang ekor" Tentu saja itulah gerakan keras lawan keras. Seharusnya ia mencoba berkelit, sebaliknya, ia menangkis. Siapa kalah tenaga dalam, dialah yang bakal bercelaka.
Wanyen Lieh berdiri menjublak menonton cara orang berkelahi itu, yang mengherankan ia. Kenapa Auwyang Hong berdiam saja sebagai patung, cuma kedua tangannya yang ditolakkan ke depan dan ditarik pulang? Kenapa Kwee Ceng main berlompatan dan hanya mengawasi See Tok? Kenapa See Tok menarik pulang tangannya dan si bocah menangkis ke belakang, hingga keduanya berdiam bagaikan patung?
Kedua pihak sebenarnya tengah mengadu tenaga dalam, Auwyang Hong tetap menarik, Kwee Ceng tetap mempertahankan diri. Lekas juga bocah ini bermandikan keringat. Ia telah mesti mengeluarkan seluruh tenaganya untuk dapat bertahan itu.
Kembali Auwyang Hong menjadi kagum. Ia tahu benar, lagi sejenak Kwee Ceng bakal terluka parah. Ia membutuhkan bocah itu, tidak dapat ia mencelakainya. Maka ia memikir untuk mengalah. Lantas mengurangi tenaga manriknya itu. Tapi berbareng sama dikuranginya tenaganya, ia merasakan tolakan keras pada dadanya. Ia terkejut. Syukur tenaga dalamnya mahir, kalau tidak tentulah ia roboh terguling. Benar-benar ia tidak menyangka, begitu muda Kwee Ceng, tenaganya besar sekali. Segera ia menahan napas, tangannya menolak. Dengan begitu, lenyaplah tenaga mendorong tadi.
Kalau Auwyang Hong terus menyerang, robohlah Kwee Ceng. Tapi ini tidak dilakukan See Tok. Dia masih mengharap habisnya tenaga si bocah, untuk menangkap hidup padanya, guna menggorek keterangan hal Kiu Im Cin-keng dari mulut orang�.
Sesaat kemudian mulailah terlihat tenaganya dua orang itu, yang satu berlebihan, yang lainnya berkurang. Tapi Wanyen Lieh dan Yo Kang, yang tetap menonton, tidak mendapat tahu kapan akan selesainya pertempuran macam itu, karenanya mereka menjadi cemas sendirinya. Mereka bingung mendengar suara berisik, satu tanda rombongan siwi tengah bekerja keras mencari si orang jahat�
Sekonyong-konyong dari dalam air tumpah terlihat dua siwi menerjang keluar. Yo Kang berlaku sangat sebat, sebelum kedua siwi itu tahu apa-apa, mereka sudah diterjang pangeran muda ini, yang kedua tangannya menyambar ke masing-masing ulu hati mereka, hingga menancap, dengan begitu robohlah mereka dengan jiwa mereka melayang. Yo Kang dengan bengis sudah menggunai cengkeraman Kiu Im Pek-kut Jiauw.
Setelah itu Yo Kang menghunus pisau belatinya, lalu dengan menggenjot diri, ia lompat kepada Kwee Ceng, untuk menikam pinggangnya si anak muda.
Dalam keadaan seperti itu, Kwee Ceng tidak dapat berkelit. Kalau ia mencoba menyingkirkan tubuhnya, segera ia bakal terbinasa pukulan Kodok dari Auwyaang Hong. Maka itu dalam sekejap saja ia merasakan sakit pada pinggangnya, hingga ia berbareng merasa juga pernapasannya berhenti berjalan. Maka lupalah ia segala apa, tanpa merasa ia menghajar lengannya si penyerangnya itu, si pembokong.
Yo Kang merasakan sakit sekali. Ia bukan lagi tandingannya Kwee Ceng, walaupun ia mencoba menarik pulang tangannya, lengannya menjadi korban pula. Tapi itu waktu separuh pisaunya sudah masuk ke pinggang si anak muda.