Pendekar Pemanah Rajawali Bab 48.3 Kwee Ceng Terluka Parah

- Kamis, 23 Maret 2023 | 19:56 WIB

Tentu saja di itu waktu Wanyen Lieh semua telah kabur keluar kota, bahkan Oey Yong bersama Kwee Ceng telah tiba di dusun kemarinnya mereka mondok.

Sebenarnya Oey Yong kabur tanpa pilih arah, baru setelah melihat tidak ada yang mengejar, ia tidak lari keras seperti semula.Lebih dulu ia sembunyi di dalam sebuah gang kecil. Di sini ia pegang hidungnya Kwee Ceng. Ia merasakan hembusan napas. Di situ tidak ada api, tak jelas ia melihat muka si anak muda. Ia mengerti diwaktu siang tidak dapat ia berkeliaran di dalam kota dengan membawa-bawa orang terluka, karena ini, ia terus lari ke tembok kota, untuk melompatinya. Maka dilain saat tibalah ia ditempatnya Sa Kouw, si nona tolol.

Walaupun ia kuat, setelah berlari-lari setengah malaman, mana hatinya pun berkhawatir dan bingung. Oey Yong toh tersengal-sengal. Ia lantas menjatuhkan diri akan berduduk, guna meluruskan jalan napasnya itu. Dengan begitu, dengan perasaannya pulih hatinya pun menjadi terang. Sekarang ia lantas menyalakan sebatang kayu cemara dengan apa ia menyuluhi mukanya Kwee Ceng. Apa yang ia lihat membikin ia kaget, melebihi kagetnya di dalam gua tadi.

Kwee Ceng rebah tak bergeming, kedua matanya tertutup rapat, mukanya sangat pucat. Taklah ia ketahui apakah ia masih hidup atau sudah mati. Inilah pukulan sangat hebat untuk Oey Yong, hingga hatinya goncang keras. Ia berdiri bengong dengan tangannya memegangi obor kayunya itu. Ia merasakan ketika ada orang datang mendekati padanya, ia baru sadar tempo obor kayunya itu ada yang sambar. Segera ia menoleh, akan mengenali Sa Kouw.

Si tolol muncul karena ia dengar suara tak seperti biasanya.

Sa Kouw pun cemas menyaksikan keadaan Kwee Ceng itu. Ia lari ke dapur, untuk mengambil air dingin.

Oey Yong mengerti apa yang harus ia kerjakan. Ia keluarkan sapu tangannya, ia celupkan itu ke dalam air, untuk dilain saat mulut menyusut muka yang keciprutan darah dari si anak muda. Dari lubang hidung ia merasakan hembusan napas yang semakin lemah. Setelah itu ia hendak memeriksa luka, atau matanya bentrok sama sinar berkilauan warna kuning emas dari pinggangnya Kwee Ceng. Karena ini sekarang ia melihat sebuah pisau belati nacap di pinggang!

Baru sekarang Oey Yong dapat menyabarkan diri. Dengan hati-hati ia membukai baju dalam dari si anak muda, dengan begitu ia melihat jelas nancapnya pisau itu. Darah disitu sudah mulai bergumpal. Kelihatannya pisau masuk kira tiga dim dalamnya.

Nona ini menjadi bersangsi. Ia tidak berani lantas mencabut pisau itu, khawatir nanti Kwee Ceng lantas menghembuskan napasnya yang terakhir. Kalau ia tidak mencabut, sebaliknya ia memperlambat tempo. Ini pun membahayakan untuk si anak muda. Ia berpikir keras. Akhirnya ia menggertak gigi, tangannya diulurkan. Ingin ia mencabut, mendadak ia menarik pulang tangannya itu. Tiba-tiba saja ia bimbang sendirinya.

Kesangsian si nona berjalan terus, maka beberapa kali ia hendak mencobanya mencabut pisau belati itu, saban-saban ia gagal pula.

Sa Kouw menyaksikan kesangsian orang, ia menjadi tidak sabaran. Tiba-tiba saja ia mengulurkan tangannya dengan sebat ia mencabut pisau itu.

Kwee Ceng menjerit, begitu pun Oey Yong. Si pemuda bahna sakit, si pemudi saking kaget. Si tolol sebaliknya girang sekali, ia tertawa tebahak-bahak. Ia masih tertawa ketika Oey Yong kaget melihat darah mengalir keluar dari lukanya engkonya itu. Saking berkhawatir dan mendongkol, ia sampok si tolol itu hingga dia terguling, setelah mana ia menggunai sapu tangannya menyumpat luka Kwee Ceng, untuk mencegah keluarnya terus darah itu.

Dengan jatuhnya Sa Kouw, obor cemara di tangannya pun padam. Si tolol menjadi gusar, ketika ia berlompat bangun, ia menendang. Oey Yong tidak menangkis, ia membiarkan pahanya kena ditendang. Sa Kouw khawatir si nona nanti membalas, ia memutar tubuhnya untuk berlari. Tidak lama ia mendengar nona Oey menangis. Ia menjadi heran, maka ia kembali. Ia menyalakan lagi obor cemaranya.

"Apakah kau kena tertendang sakit?" ia menanya Oey Yong.

Nona itu tidak menyahut, ia hanya berlutut mendampingi Kwee Ceng. Pemuda itu pingsan karena rasa nyerinya, sesaat kemudian ia baru mendusin.

Halaman:

Editor: Suantho

Tags

Terkini

X