Karya: SH Mintardja
Tiba-tiba Untara melihat bayangan yang bergerak-gerak muncul dari balik pepohonan. Cepat ia melangkah surut, selangkah saja di muka adiknya.
Nalurinya telah membawanya untuk melindungi adiknya yang menggigil ketakutan.
Orang yang muncul dari hutan itu berjalan perlahan-lahan mendekatinya. Terdengarlah ia tertawa lirih, namun suaranya menghentak-hentak dada.
Agung Sedayu menjadi kian ketakutan. Namun kakaknya tegak di mukanya seperti batu karang.
“Siapa kau sebenarnya?” bertanya orang itu.
Untara mencoba mengawasi wajahnya. Lamat-lamat ia melihat garis-garis yang keras. Tubuhnya tidak begitu tinggi, namun ketat dan kekar. Orang itu masih beberapa langkah maju.
“Ha,” katanya kemudian, setelah ia berhenti kira-kira tiga empat langkah dari Untara, “dua anak yang berani. Siapakah namamu?”
"Aku anak Sadipa,” Untara mengulangi.
Kembali orang itu tertawa, “Jangan berbohong!” katanya. “Anak Sadipa yang tinggi besar, berkumis panjang dan satu tangannya cacat, tidak segagah kalian. Aku kenal mereka. Aku orang Sendang Gabus.”
Untara terkejut mendengar keterangan itu. Apakah orang yang berdiri di hadapannya itu orang Sendang Gabus?
“Kalau kau orang Sendang Gabus, siapa namamu?” sahut Untara.
“Tebak, siapa aku?” orang itu berkata sambil tertawa.
Baca Juga: Api di Bukit Menoreh, Untara mengaku Anak Sadipa - Jilid 1 episode 5