• Senin, 25 September 2023

Pecut Sakti Bajrakirana Bab 11.11, Ki Mertoloyo Sang Senopati Mataram

- Minggu, 26 Maret 2023 | 14:06 WIB

Di lain tempat, terlihat dua orang penunggang kuda itu melarikan kudanya menerabas hutan yang lebat itu. Dari cara mereka duduk dengan tegak di atas punggung kuda yang berlari cepat itu, dapat diduga bahwa mereka adalah dua orang  penunggang kuda yang mahir.

Yang melarikan kuda di depan adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahun lebih, bertubuh sedang dan tegap, wajahnya tampan gagah dan sepasang matanya mencorong penuh wibawa.

Kumisnya yang melintang seperti kumis Raden Gatotkaca itu menambah keangkeran dan kegagahan wajahnya.

Sebatang keris terselip di pinggangnya, dan dari pakaiannya yang gemerlapan dengan tanda-tanda pangkat, dapat diduga bahwa orang ini adalah seorang punggawa kerajaan yang berpangkat tinggi.

Dugaan ini benar karena pria itu adalah Ki Mertoloyo, seorang senopati besar kerajaan Mataram, seorang di antara para punggawa yang menjadi kepercayaan Sultan Agung.

Penunggang kuda kedua yang melarikan kudanya di belakang Ki Mertoloyo lebih mengagumkan lagi. Ia adalah seorang wanita muda, seorang gadis berusia delapan belas tahun yang berwajah cantik manis sekali.

Rambutnya yang hitam disanggul agak mawut tertiup angin sehingga sebagian rambutnya terjurai menutupi sebagian mukanya.

Matanya lebar dan bersinar tajam, mulutnya yang manis itu menyungging senyuman lembut. Hidungnya yang kecil mancung menambah kemanisan wajahnya. Gadis ini adalah Winarti, puteri Ki Mertoloyo.

Dari ayahnya yang gagah perkasa dan sakti mandraguna, gadis ini sejak kecil juga mendapat gemblengan olah kanuragan sehingga kini ia menjadi seorang gadis yang digdaya.

Cara ia menunggang kuda juga sudah membayangkan ketangkasannya. Sebagai seorang senopati besar, Ki Mertoloyo mendapat tugas dari Sultan Agung untuk mempersiapkan pertahanan di daerah perbatasan, untuk bersiap siaga kalau-kalau ada para pemberontak yang melakukan gerakan menyerbu daerah Mataram.

Untuk keperluan itu, Ki Mertoloyo mengadakan perjalanan ke daerah perbatasan, menghubungi kepala-kepala daerah, lurah dan demang, untuk menyusun dan memperkuat pertahanan di daerah itu.

Untuk melaksanakan tugas berkeliling dan melakukan pemeriksaan ini, senopati yang gagah perkasa itu tidak membawa pasukan pengawal, melainkan hanya ditemani puterinya, Winarti yang gagah perkasa.

Berdua dengan puterinya, senopati itu merasa sudah cukup kuat untuk menghadapi ancaman bahaya dari manapun datangnya.

Dan buktinya, selama melakukan pemeriksaan di perbatasan sebulan lebih lamanya, dia dan puterinya tidak pernah menemui halangan yang berarti.

Halaman:

Editor: Gunawan Wibisono

Tags

Terkini

Wuranta Bimbang Ditugaskan Sebagai Telik Sandi

Senin, 25 September 2023 | 11:01 WIB

Kiai Gringsing ingatkan Wuranta, Taruhannya adalah Nyawa

Senin, 25 September 2023 | 07:22 WIB

Bramanti Siaga dengan Menggenggam Pedang Pendek

Minggu, 24 September 2023 | 18:28 WIB

Agung Sedayu Bertemu Sahabat Lama bernama Wuranta

Minggu, 24 September 2023 | 12:03 WIB

Seorang Pemuda Mencoba Bersembunyi di Rumah Agung Sedayu

Minggu, 24 September 2023 | 04:44 WIB

Bramanti Menghilang dari Kerumunan Pemuda Candi Sari

Sabtu, 23 September 2023 | 18:45 WIB

Rumah Agung Sedayu Diobrak-abrik Kelompok Sidanti

Sabtu, 23 September 2023 | 08:25 WIB

Ki Tanu Metir dan Swandaru Singgah di Rumah Agung Sedayu

Jumat, 22 September 2023 | 06:48 WIB

Temunggul Meloncat dan Menampar Mulut Bramanti

Kamis, 21 September 2023 | 17:40 WIB

Pasukan Pajang Menuju Kademangan Sangkal Putung

Rabu, 20 September 2023 | 09:04 WIB

Ki Demang: Aku adalah Penguasa Tertinggi di Kademangan

Selasa, 19 September 2023 | 18:52 WIB

Pasukan Untara Memasang Rontek dan Umbul-umbul

Selasa, 19 September 2023 | 07:58 WIB

Bramanti Menantang Temunggul untuk Bicara Jujur

Senin, 18 September 2023 | 18:52 WIB
X