"Maafkan aku, Paman Bhagawan Jaladara kalau kunjunganku ini mengganggu dan mengagetkan paman." kata Priyadi dengan sikap lembut.
"Ah, tidak mengapa, Priyadi. Engkau sama sekali tidak mengganggu. Akan tetapi bagaimana engkau dapat masuk ke sini?’
“Bukankah di luar terdapat para perajurit berjaga di gardu?" tanya Bhagawan Jaladara. Pada saat itu, seorang laki-laki yang bekerja sebagai tukang kebun datang dengan wajah pucat dan napas terengah.
"Celaka, Kanjeng... para perajurit yang berjaga di gardu itu... mereka semua tertidur pulas....!"
Bhagawan Jaladara mengerutkan alisnya, akan tetapi dia lalu menoleh kepada Priyadi. "Engkau yang melakukan itu, Priyadi?"
"Maaf, paman. Mereka tadi tidak memperkenankan aku masuk. Terpaksa aku menggunakan aji penyirepan untuk membuat mereka tertidur."
Bhagawan Jaladara tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, ampuh sekali aji penyirepanmu itu, Priyadi. Sekarang bangunkan mereka!"
Priyadi mengambil segenggam tanah dari pot bunga yang berada di ruangan itu dan meniupnya, lalu menyerahkannya kepada tukang kebun. "Taburkan tanah ini ke muka mereka dan mereka akan terbangun." katanya.
Tukang kebun menerima segenggam tanah Itu dan bergegas keluar dari ruangan.
"Ha-ha-ha, engkau pantas menjadi murid Jatikusumo, Priyadi. Aku kagum kepadamu. Sekarang, katakan apa keperluanmu datang menghadapku? Apakah engkau diutus oleh Kakang Bhagawan Sindusakti?"
"Tidak, paman. Aku datang atas kehendakku sendiri karena ada hal yang teramat penting hendak kubicarakan dengan paman."
"Ah, begitukah? Urusan penting apakah itu? Cepat katakan!"
Priyadi melirik ke arah dua orang pembantu Bhagawan Jaladara dan wanita pembantu yang masih berlutut di situ. Bhagawan Jaladara mengerti akan isyarat ini. "Engkau mundurlah!" katanya kepada wanita pembantu yang segera menyembah dan mengundurkan diri.
Ketika melihat Priyadi masih melirik kepada Ki Warok Petak dan Ki Baka Kroda, dia berkata dengan halus kepada mereka berdua.
"Kalian mundurlah dulu, aku hendak bicara berdua saja dengan murid keponakanku ini," Dua orang jagoan itu mengerutkan alisnya memandang kepada Priyadi, akan tetapi mereka tidak berani membantah lalu keluar dari ruangan itu.