“Mana bisa kami berdua harus maju mengeroyok pemuda ini? Seorang dari kami saja kiranya sudah cukup untuk menandinginya!" kata Ki Baka Kroda yang bertubuh pendek kecil namun gerak geriknya gesit sekali.
"Tidak, kalau Priyadi hanya mampu mengalahkan seorang di antara kalian, itu masih belum ada artinya bagiku. Akan tetapi kalau sudah mampu mengalahkan pengeroyokan kalian berdua, barulah aku mau percaya bahwa dia memang digdaya dan aku sendiri yang akan mengujinya.”
“Priyadi, sekali lagi aku bertanya, beranikah engkau menandingi pengeroyokan mereka berdua ini?"
"Tentu saja aku berani, paman. Kedua paman ini tampaknya tangguh dan sakti, akan tetapi aku yakin akan dapat menandingi dan mengalahkan mereka." jawab Priyadi dengan sikap tenang dan serius.
Dua orang jagoan itu merasa ditantang. Mereka sebenarnya merasa tidak senang diharuskan mengeroyok seorang pemuda. Hal ini mereka anggap merendahkan martabat mereka sebagai jagoan-jagoan terkenal di Wirosobo.
Akan tetapi karena ini merupakan perintah Bhagawan Jaladara, tentu saja mereka tidak berani menolak dan mereka ingin melampiaskan kedongkolan hati mereka kepada Priyadi.
Pemuda yang mereka anggap sombong itu perlu diberi hajaran biar tahu rasa, demikian pikir mereka.
“Kakang Bhagawan, kapan kita harus mengujinya dan di mana?" tanya Ki Warok Petak.
"Sekarang juga dan di ruangan ini cukup luas untuk mengadu ilmu. Bersiaplah engkau menghadapi mereka berdua, Priyadi!"
Priyadi bangkit dari bangku yang didudukinya dan berdiri di tengah ruangan yang luas itu. "Aku sudah siap, paman." katanya, berdiri santai dengan kedua tangan bergantung di kanan kiri tubuhnya.
"Nah, kalian boleh mulai dan ingat, Jangan sungkan dan main-main, kerahkan semua tenaga dan keluarkan semua kepandaian kalian! Mulailah!" kata Bhagawan Jaladara. Biarpun merasa direndahkan karena harus mengeroyok seorang pemuda.
Ki Warok Petak dan Ki Baka Kroda tidak berani membantah dan diam-diam mereka mengambil keputusan untuk cepat merobohkan pemuda sombong itu.
"Orang muda, waspadalah dan sambut serangan kami!" Ki Warok Petak berseru dan diapun sudah menerjang maju dengan pukulan tangan kiri ke arah kepala Priyadi.
Kepalan tangan Ki Warok Petak ini hampir sebesar kepala Priyadi dan menyambar dengan dahsyat sehingga kalau mengenai sasaran, sangat boleh jadi kepala pemuda itu akan menjadi pecah!