Pendekar Pemanah Rajawali Bab 63.4 Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong Mengunjungi Toan Hongya

- Jumat, 31 Maret 2023 | 19:45 WIB

Tapi Oey Yong memikir lain.

“Engko Ceng, mari kita bicara sendiri dengan supee!” katanya.

Kwee Ceng menurut. Ketika mereka sampai di kamar It Teng Taysu, pintu kamar dikunci, percuma mereka mengetuk-ngetuk dan memanggil-manggil, tidak ada suara jawaban. Sebenarnya pintu itu bisa digempur tetapi mereka tidak berani berbuat demikian.

“Suhu tidak mau menemui kamu pula, jiewi,” berkata si tukang kayu, yang air mukanya guram. “Karena gunung itu tinggi dan air yang panjang, baiklah lain kali kita bertemu pula.”

Oey Yong belum pikir apa-apa, atau Kwee Ceng mendapat satu pikiran, maka ia lantas berkata dengan nyaring, “Yong-jie, mari kita pergi! Bukankah supee tidak sudi menemui kita? Sebentar di bawah gunung, supee mengasih ijin taua tidak, kalau kita bertemu orang dan orang itu banyak rewel, kita hajar padanya!”

Si nona yang cerdik lantas dapat menerka maksud engko Cengnya itu, ia pun lantas menyahuti dengan nyaring, “Kau benar engko Ceng! Umpama kata musuhnya supee sangat lihay, dan kita mati di tangannya, kita puas, hitung-hitung kita berdua sudah membalas budi supee!”

Dua-dua suara itu keras, pasti suara itu dapat terdengar sampai di dalam, maka juga, ketika si muda-mudi baru jalan beberapa tindak, mendadak daun pintu dipentang lalu terdengar suara tajam dari seorang pendeta tua, “Taysu mengundang jiewi!”

Kwee Ceng girang sekali, bersama Oey Yong, ia jalan berendeng masuk ke dalam kamarnya It Teng Taysu. Di sana si pendeta bersama si pendeta dari India, masih duduk bersila. Mereka lantas menghampirkan, untuk memberi hormat sambil berlutut. Ketika kemudian mereka mengangkat kepala, mereka mendapatkan It Teng Taysu bermuka pucat kuning, beda daripada waktu semula mereka melihatnya. Mereka jadi bersyukur berbareng berduka, hingga mereka tidak tahu mesti membilang apa.

It Teng Taysu bersenyum.

“Semua masuk!” ia kata kepada keempat muridnya, yang menanti di luar pintu. “Aku hendak bicara.”

Si pelajar berempat menghampirkan, lebih dulu mereka memberi hormat kepada guru mereka itu, juga kepada si pendeta dari India. Dia cuma mengangguk, lantas dia tunduk dan berdiam, kembali tidak memperdulikan semua orang.

It Teng Taysu mengawasi asap yang bergulung naik, tangannya membuat main sebuah gelang kumala. Oey Yong melihat itu, katanya dalam hatinya, “Terang itu ada gelang orang perempuan, entah apa maksudnya musuh supee bolehnya mengirimkan ini?”

Untuk beberapa detik, semua orang berdiam, kemudian baru terdengar It Teng Taysu menghela napas dan mengatakan, “Setiap hari dahar nasi, tetapi pernahkah memakannya sebutir beras?” Ia lantas menoleh kepada si muda-mudi untuk melanjuti, “Kamu berdua mulia hati, aku si pendeta tua menerima itu dengan baik. Mengenai urusan ini, jikalau aku tidak menjelaskan, aku khawatirkan murid-murid atau sahabat-sahabat dari kedua pihak nanti menerbitkan gelombang yang tidak diingini. Itulah bukannya kehendakku. Tahukah kamu siapa sebenarnya aku ini?”

“Supee adalah kaisar dari Taili di Inlam,” menyahut Oey Yong. “Supee satu-satunya kaisar di Selatan yang kesohor sekali, siapa yang tidak tahu?”

It Teng tersenyum.

Halaman:

Editor: Suantho

Tags

Terkini

Sidanti dikeroyok 4 Prajurit Laskar Tohpati

Senin, 5 Juni 2023 | 17:35 WIB

Dengan garang Bajang menantang Sidanti

Senin, 5 Juni 2023 | 13:54 WIB

Tundun bergetar menghadapi Sidanti

Senin, 5 Juni 2023 | 13:48 WIB

Pertengkaran Bajang dan Tundun di perkemahan

Senin, 5 Juni 2023 | 09:52 WIB
X