Api di Bukit Menoreh, Jilid 10 episode 4
Karya: SH Mintardja
“Apa yang ngeri?” bertanya Citra Gati dan Sonya hampir bersamaan.
“Tongkat baja putih itu. Ketika Tohpati datang untuk pertama kali, kepala tongkat itu hampir menyambar kepalaku.”
“Oh,” sahut Sonya, “aku tidak sempat ikut bertempur saat itu. Aku hanya boleh berlari.
Baca Juga: Hudaya Merasa Ngeri dengan Senjata Tongkat Baja Putih milik Tohpati
Tetapi lusa, kalau Macan Kepatihan itu datang kembali, akulah lawannya.”
Mereka bertiga tertawa, seakan-akan mereka mempercakapkan suatu peristiwa yang lucu.
Namun percakapan itu adalah suatu pengakuan, betapa besarnya perbawa Macan Kepatihan pada lawan-lawannya.
Baca Juga: Kiai Gringsing menilai Swandaru Geni susah kendalikan emosi
Mereka berhenti tertawa ketika mereka melihat Swandaru dan Agung Sedayu berjalan melintasi pendapa turun ke halaman.
Mereka kemudian berjalan berdua ke halaman belakang kademangan.
“Sudah mendesak” terdengar Agung Sedayu berbisik.
Swandaru mengangguk-anggukkan kepalanya, “Aku tidak sabar. Apa kata orang itu tadi?”
Baca Juga: Laporan dari Prajurit Sandi, Laskar Tohpati akan Menyerang Sangkal Putung
“Laskar Tohpati kini telah siap seluruhnya.”