Keduanya terus mencapai keseimbangan untuk menciptakan keharmonisan," ungkapnya.
Disisi lain, Robby Hidajat dibantu Muhammad Affaf Hasimi, M.Pd. berhasil mengumpulkan data.
Merupakan hasil wawancara dan observasi dengan tokoh-tokoh seni pertunjukan Kecak Ramayana dan Barong-Rande, Eka Budi di Jalan Waribang.
"Observasi tidak hanya memperhatikan aspek bentuk pertunjukan, tetapi juga menggali makna spiritualnya.
Baca Juga: Laporan dari Prajurit Sandi, Laskar Tohpati akan Menyerang Sangkal Putung
Dalam masyarakat Bali, terdapat pemahaman tentang perjuangan untuk melepaskan diri dari hawa nafsu kejahatan agar mencapai muksa atau pembebasan," jelas Robby Hidajat.
Dikatakan juga adanya dua kekuatan yang diwakili oleh Barong dan Rande.
Rande, sebagai entitas spirit kejahatan, terus berjuang untuk mencapai pembebasan.
Dalam pertunjukan ini, dipentaskan sebuah lakon tentang Sahadewa, putra Madrim. Dewi Kunti menyerahkan Sahadewa kepada Rande sebagai persembahan.
Baca Juga: Sekar Mirah melempar kayu pada Swandaru yang menggoda
Namun, berkat pertolongan Dewa Wisnu, Sahadewa berhasil melepaskan diri dan menyempurnakan Rande.
Secara simbolik terrefeleksikan melalui tari keris.
Sedangkan Pujiyanto, menangkap ada spirit transformasi spirit avatara Dewa Wisnu dalam pertunjukan Barong-Rande.
Sama seperti yang disampaikan oleh I Nyoman Sudanda, seorang pemain Hanoman legendaris dalam pertunjukan Kecak Ramayana di Uluwatu.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh pendapat I Made Sedia, yang menyatakan bahwa Wisnu merupakan spirit perjuangan yang dikenal luas di Nusantara.
Dari penjelasan para seniman Bali itu, Pujiyanto akan mendisain kostum yang didasari dari karakteristik avatara Dewa Wisnu.(ndung/Tajuk24)