Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali Bab 19.1 Gejolak Asmara

- Jumat, 26 Mei 2023 | 18:19 WIB

“Nyata kau tidak tahu betapa kuat bangunan kuburan ini” sahut Siao-liong-li “Sungguhpun kepandaianku sepuluh kali lebih tinggi lagi juga tak mampu keluar.”

Mengerti jawaban orang ini bukan omong kosong belaka, Yo Ko menjadi putus asa dan menghela napas.

“Kau menyesal bukan ?” tanya Siao-liong-li.

“Tidak, tidak,” sahut Yo Ko cepat dan pasti “sedikitnya di sini aku berada bersama kau, padahal di luar sana tiada seorangpun yang sayang padaku lagi.”

Dahulu Siao-liong-li telah melarang Yo Ko membilang “kau sayang padaku” segala, karenanya sejak itu Yo Ko tak pernah mengucapkannya lagi, tetapi kini perasaannya sudah berubah, maka demi mendengar ucapan itu, sebaliknya terasalah semacam perasaan yang hangat dan mesra.

“Kalau begitu, kenapa kau menghela napas ?” ia tanya lagi.

“Kokoh, aku pikir apabila kita bisa sama2 turun gunung, di dunia luar sana banyak sekali hal2 yang menarik, pula kau selalu mendampingi aku, siapapun tentu tiada berani menghina aku lagi,” sahut Yo Ko.

Hati Siao-liong-li sebenarnya bersih dan tenang, sebab sejak bayi dia tinggal di dalam kuburan kuno ini selamanya sang guru dan Sun-popo tidak pernah bercerita tentang keadaan di dunia luar, dengan sendirinya hal semacam itupun tidak pernah dia bayangkan, tetapi kini di-sebut2 Yo Ko, tanpa tertahan perasaannya menjadi bergolak dan susah ditekan.

Siao-liong-li merasa darah hangat di dadanya serasa mendidih dan membanjir ke atas, ia berniat kumpulkan Lwekangnya buat mengatasi namun toh tetap tidak menjadi tenang, diam2 ia heran dan terkejut, ia merasa seumur hidupnya belum pernah mengalami pergolakan serupa ini, ia pikir tentu hal ini disebabkan sehabis terluka parah, maka tenaga dalam sukar dipulihkan kembali.

Nyata dia tidak tahu disebabkan dalam tubuhnya sudah banyak mengalir darahnya Yo Ko yang panas, keadaan sudah jauh berbeda dengan wataknya dahulu yang tenang dan dingin selalu, oleh karena itu gangguan2 tenaga dan berbagai macam pikiran se-konyong2 lantas membanjir.

Ia coba bersemadi di atas dipan, tetapi rasanya tetap gelisah, begitu kusut pikirannya, dia lantas mondar-mandir dalam kamar itu, tetapi semakin jalan rasanya semakin sumpek dan langkahnya juga semakin cepat hingga akhirnya dia ber-Iari2 sendirian.

Melihat kedua pipi orang semu merah dan sikapnya berobah aneh, Yo Ko luar biasa herannya, belum pernah dia melihat kelakuan Siao-liong-li seperti sekarang ini semenjak mereka berkenalan.

Setelah ber-lari2 sebentar, kemudian Siao-liong-li duduk lagi di atas pembaringan, ia coba pandang Yo Ko, ia lihat wajah pemuda ini cakap, tapi penuh rasa kuatir atas dirinya, tibal hatinya tergerak, ia pikir: “Toh aku sudah mau mati, begitu juga dia, Lalu buat apa lagi urus segala soal guru dan murid atau bibi dan kemenakan ? jika dia mau peluk aku, pasti aku tidak akan menolak dan biarkan dia peluk aku se-kencang2nya.”

Dalam pada itu Yo Ko sedang mengamat-amati juga pada Siao-liong-li, ia lihat mata orang seperti sedang bicara, dadanya naik-turun dengan napas rnemburu, ia sangka sang guru kambuh lagi luka dalamnya.

“Kokoh, kenapakah kau ?” segera ia tanya.

Halaman:

Editor: Suantho

Tags

Terkini

X