Bu Kek Siansu Bab 9.16, Selir Kaisar Menyadari Penyamaran Swi Liang

- Jumat, 26 Mei 2023 | 21:47 WIB

Yang Kui Hui terkekeh genit, lalu menyambutnya dengan peluk cium ganas, menerkamnya seperti seekor harimau kelaparan, atau seperti seekor ular yang memagutnya dan membelit-belitnya.

Manusia, baik laki-laki atau wanita, kaya atau miskin, dari golongan ningrat maupun gembel terlantar, sekali dikuasai nafsu birahi akan menjadi lupa diri dan lupa segala.

Pada saat seperti itu, lenyaplah duka, lenyap pula takut, hilang segala pertimbangan dan akal, yang ada hanyalah tindakan sebagai akibat dorongan nafsu birahi yang minta dilampiaskan....

Hebatnya, makin dipenuhi dorongan nafsu, makin berkobarlah birahi, seperti nyala api, makin dibiarkan makin membesar dan takkan padam sebelum habis bahan bakarnya!

Hanya manusia yang selalu sadar akan keadaan dirinya, akan gerak-gerik dirinya lahir mau pun batin, yang takkan kehilangan kewaspadaan dan kebijaksanaan, yang takkan dapat dicengkeram oleh nafsu dalam bentuk apa pun.

Hal ini bukan berarti bahwa manusia bijaksana menolak nikmat hidup yang didatangkan oleh gairah nafsu, sama sekali tidak.

Bahkan hanya manusia sadar sajalah yang benar-benar akan dapat menikmati hidup karena baginya nafsu kesenangan hanyalah pelengkap hidup, bukan hal yang mutlak dan tidak harus dikejar-kejarnya.

Dialah orang yang menguasai nafsu, bukan nafsu yang menguasai dia. Menguasai nafsu dengan kewaspadaan dan mengenal akan keadaan diri sendiri seperti apa adanya, lahir mau pun batinnya, bukan menguasai nafsu dengan cara pengekangan dan penyiksaan diri.

Dengan cara pengamatan yang sewajarnya, penuh kesadaran, pengamatan terhadap nafsu dan gerak-geriknya, tanpa celaan tanpa pujian, maka nafsu akan kehilangan kekuasaannya sendiri terhadap diri pribadi.

Sebaliknya, menggunakan kemauan untuk menekan dan mengekang nafsu tidak akan ada gunanya. Boleh jadi nafsu akan dapat dibendung pada saat itu, namun sewaktu-waktu nafsu yang masih menguasai diri itu dapat meluap.

Bagaikan api dalam sekam, sewaktu-waktu akan dapat menyala lagi, demikianlah kalau orang menguasai nafsu dengan pengekangan yang berarti menguasainya dengan kekerasan.

Dengan pengamatan waspada, nafsu yang seperti api itu akan padam dengan sendirinya.

Namun dengan pengekangan, api itu hanya membara dan tidak tampak, akan tetapi sewaktu-waktu dapat menyala lagi, karena yang mengekang nafsu adalah nafsu juga.

Mengekang berarti menggunakan kekerasan menuruti keinginan!

Menjelang pagi, Yang Kui Hui yang kekenyangan melampiaskan nafsu birahinya, terlena di pembaringan. Wajahnya yang agak pucat menoleh kepada Swi Liang yang tidur pulas di sampingnya, lalu wanita cantik itu tersenyum.

Halaman:

Editor: Gunawan Wibisono

Tags

Terkini

Sidanti dikeroyok 4 Prajurit Laskar Tohpati

Senin, 5 Juni 2023 | 17:35 WIB

Dengan garang Bajang menantang Sidanti

Senin, 5 Juni 2023 | 13:54 WIB

Tundun bergetar menghadapi Sidanti

Senin, 5 Juni 2023 | 13:48 WIB

Pertengkaran Bajang dan Tundun di perkemahan

Senin, 5 Juni 2023 | 09:52 WIB
X