Taman itu sunyi karena hari masih amat pagi. Memang biasanya pun taman itu hanya dikunjungi para puteri istana setelah matahari naik tinggi sehingga mereka dapat menghirup hawa segar di situ.
Bahkan tidak tampak seorang pun juru taman yang biasanya sepagi itu tentu telah membersihkan taman.
Ketika melewati tempat di mana dia malam-malam beberapa hari yang lalu mengubur mayat dua orang pelayan wanita, Swi Liang menggerakkan pundaknya untuk menenteramkan hatinya yang agak terguncang.
Salah kalian sendiri, pikirnya. Dan untuk menekan perasaannya, dia telah menginjak kuburan yang tidak kentara dan tak dikenal orang lain kecuali dia itu.
Dia kini sudah berdiri di depan pintu pondok, lalu mengetuk pintu pondok sambil berkata dengan suara biasa, suara pria, halus dan penuh rayuan,
"Dewiku yang cantik jelita, bidadari dari sorga. Manis, bukalah pintu, aku sudah amat rindu kepadamu...!"
Daun pintu pondok merah itu terbuka dari dalam dan... Swi Liang meloncat ke belakang sambil menahan seruan kagetnya ketika dia melihat bahwa dari dalam pondok itu keluar dua puluh orang lebih pengawal yang memegang senjata di tangan!
"Menyerahlah engkau, Liang Cu. Kami mendapat perintah untuk menangkapmu!" komandan pengawal berkata keren.
Seketika pucat muka Swi Liang dan otomatis tangan kanannya meraba pinggang, hanya untuk diingatkan bahwa pedangnya telah lenyap dari dalam kamar tadi!
"Apa... apa... dosaku..?" dia bertanya gagap. Saking bingungnya dia lupa menyembunyikan suara laki-laki yang keluar dari mulutnya.
Dua puluh lebih pengawal itu tertawa dan sang komandan membentak, "Cepat berlutut dan menyerah!"
Swi Liang sadar bahwa rahasianya tentu telah terbuka. Dia tidak tahu apa yang terjadi dan siapa yang telah membuka rahasianya.
Sampai saat itu dia sama sekali tidak menyangka bahwa Yang Kui Hui yang telah mengkhianatinya. Akan tetapi dia tahu bahwa kalau dia tertangkap, tentu dia akan celaka.
"Mampuslah!" bentaknya sambil menerjang ke depan.
Swi Liang menghantam komandan dengan kepalan tangan kanan sedangkan kepalan tangan kiri menghantam pengawal ke dua yang berdiri di dekatnya.