Bu Kek Siansu Bab 9.19, Swi Liang DIjtuhi Hukuman Penggal Dan Kwat Lin Melarikan Diri

- Jumat, 26 Mei 2023 | 21:56 WIB

Betapapun juga, lepas dari tepat tidaknya kebenaran semacam itu, harus diakui bahwa hanya prajurit yang bersemangat demikian sajalah yang akan menghadapi kematian dan siksaan dengan berani dan gagah.

Tidaklah demikian dengan Swi Liang. Dia melakukan tugasnya karena dorongan subo-nya yang juga menjadi kekasihnya, karena keinginannya untuk kelak memperoleh kedudukan tinggi jika cita-cita subo-nya terlaksana.

Kalau putera subo-nya sampai bisa menjadi kaisar seperti yang dicita-citakan subo-nya, dia tentu setidaknya akan menjadi seorang menteri! Karena semangat seperti ini yang mendorongnya berjuang, maka begitu gagal patahlah semangatnya.

Begitu dia disiksa, keluarlah pengakuan dari mulut Swi Liang bahwa dia adalah kaki tangan subo-nya, The Kwat Lin Ratu Pulau Es yang kini menjadi ketua Bu-tong-pai dan yang bersekutu dengan Pangeran Tang Sin Ong.

Dan tugas Swi Liang adalah memikat hati Yang Kui Hui supaya selir itu kelak mau membantu pemberontakan mereka. Pengakuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan.

Pangeran Tang Sin Ong ditangkap dan beberapa hari kemudian, Swi Liang dan Pangeran Tang Sin Ong dijatuhi hukuman penggal kepala di tempat umum supaya menjadi peringatan bagi siapa saja yang hendak memberontak.

Kaisar lalu mengirim pasukan untuk menangkap ketua Bu-tong-pai yang memberontak. Habislah riwayat hidup Bu Swi Liang, putera Lu-san Lojin Bu Si Kang yang gagah perkasa itu.

Memang patut disayangkan karena sebenarnya dahulu Bu Swi Liang adalah seorang pemuda yang baik dan gagah perkasa, yang dididik oleh ayahnya sejak kecil supaya menjadi seorang pendekar yang selalu membela kebenaran dan keadilan.

Memang keadaan sekeliling amat mempengaruhi jalan hidup seseorang. Tapi hal ini tidaklah berarti bahwa sekeliling yang bersalah sehingga menyeret seseorang ke jalan sesat seperti halnya Bu Swi Liang. Sebetulnya, yang bersalah adalah dirinya sendiri!

Orang yang mengenal diri sendiri akan selalu dalam keadaan waspada dan sadar sehingga berada di dalam lingkungan apa pun juga dia akan selalu mengamati tingkah laku sendiri lahir batin setiap saat, tak mungkin terseret atau ternoda.

Seperti emas murni atau bunga teratai, walau berada di lumpur akan tetapi tetap bersih!

Sebaliknya, orang yang tidak mau mengamati dirinya sendiri setiap saat, akan mudah lupa diri karena terlalu menonjolkan ‘akunya’.

Si Aku ini memang selalu ingin menang sendiri, ingin enak dan senang sendiri, sehingga untuk memenuhi segala keinginannya itu, diri akan terseret dan mudah terjeblos ke dalam jurang penuh dengan ular-ular berbisa bernama iri, dendam, benci, sombong, duka, dan lain-lain yang kesemuanya berakhir dengan kesengsaraan.

Hari itu di Bu-tong-san telah tiba pasukan yang kuat dan dipimpin seorang perwira tinggi yang membawa perintah penangkapan dari Kaisar sendiri. Namun mereka terlambat.

The Kwat Lin, ketua Bu-tong-pai yang baru dan hendak ditangkap itu telah melarikan diri bersama anak buah yang setia kepadanya.

Halaman:

Editor: Gunawan Wibisono

Tags

Terkini

Sidanti dikeroyok 4 Prajurit Laskar Tohpati

Senin, 5 Juni 2023 | 17:35 WIB

Dengan garang Bajang menantang Sidanti

Senin, 5 Juni 2023 | 13:54 WIB

Tundun bergetar menghadapi Sidanti

Senin, 5 Juni 2023 | 13:48 WIB

Pertengkaran Bajang dan Tundun di perkemahan

Senin, 5 Juni 2023 | 09:52 WIB
X