Api di Bukit Menoreh, Jilid 10 episode 11
Karya: SH Mintardja
Sekar Mirah mengangguk-anggukkan kepalanya. Kadang-kadang ia menjadi cemas membayangkan apa yang bakal terjadi seandainya Macan Kepatihan itu benar-benar akan menggulung Sangkal Putung.
Tetapi kadang-kadang ia mengharap serbuan itu datang.
Ia mengharap kakaknya, Swandaru berhasil membunuh orang-orang penting dari laskar Tohpati itu.
Dan ia mengharap Agung Sedayu berhasil lebih banyak lagi. Bahkan ia mengharap bahwa Agung Sedayulah yang akan membunuh Tohpati, bukan Untara dan bukan Widura.
Baca Juga: Orang Sangkal Putung siaga atas serangan Laskar Tohpati
Tetapi apabila ia melihat sikap Agung Sedayu, kembali ia menjadi kecewa.
“Hem” desahnya didalam hati. “Orang ini lebih pantas menjadi seorang penulis kitab-kitab tembang daripada seorang prajurit.
Seorang yang hampir setiap hari duduk di atas tikar pandan, menggurat-gurat rontal dengan pensilnya.
Baca Juga: Agung Sedayu tidak paham yang diinginkan Sekar Mirah
Kemudian membaca kisah-kisah yang menawan hati. Kisah kasih antara Pandu dan Kirana, atau kisah petikan-petikan dari Mahabharata.”
Ketika Sekar Mirah sejenak berdiam diri sambil memandangi noktah-noktah di kejauhan, maka berkatalah Agung Sedayu,
“Betapapun kuatnya laskar Macan Kepatihan, Mirah, tetapi kau jangan cemas. Sangkal Putungpun semakin lama menjadi semakin kuat.
Anak-anak muda yang kini menjadi semakin kaya akan pengalaman dan semakin kaya akan tekad mempertahankan tanahnya,