• Senin, 25 September 2023

Bu Kek Siansu Bab 10.16, Liu Bwee Dan Ouw Sian Kok Tiba Di Bu Tong San

- Kamis, 1 Juni 2023 | 23:03 WIB

Tidak percuma delapan belas orang ini dijuluki Cap-pwe Eng-hiong karena gerakan mereka memang cepat dan tangkas serta kuat sekali, sehingga biar pun dikeroyok oleh lawan yang jauh lebih banyak jumlahnya, yaitu setiap orang dikeroyok oleh tiga empat orang lawan, mereka mampu mempertahankan diri dengan baik.

Bahkan lewat tiga puluh jurus, mulailah ada lawan yang berjatuhan dan terluka parah oleh pedang Cap-pwe Eng-hiong yang mengamuk itu.

Dengan gagah perkasa ke delapan belas orang itu mengamuk dan mendesak pasukan An Lu Shan.

Berturut-turut robohlah pihak lawan sehingga tempat itu mulai ternoda darah merah dan tubuh para prajurit yang terluka malang melintang menghalangi kaki mereka yang masih bertempur.

Di antara lima puluh orang lebih prajurit itu, sudah ada dua puluh lebih yang roboh, bahkan komandannya juga sudah terluka oleh sambaran pedang di tangan Song Kiat.

Kemenangan yang sudah tampak di depan mata ini menambah semangat Cap-pwe Eng-hiong.

 Mereka bergerak makin ganas dan cepat dengan niat membasmi semua musuh dan tidak membiarkan seorang pun meloloskan diri.

Akan tetapi tiba-tiba terdengar sorak sorai dan muncullah kurang lebih seratus orang anak buah pasukan An Lu Shan yang baru tiba.

Serta merta mereka itu menerima aba-aba untuk menyerbu dan membantu kawan-kawan mereka.

Kedatangan pasukan baru yang lebih besar lagi jumlahnya ini mengejutkan hati Cap-pwe Eng-hiong yang tidak disangka-sangka itu, namun bukan berarti bahwa mereka menjadi gentar, bahkan menambah kegembiraan.

Mereka mengamuk sungguh pun sekali ini mereka segera terkurung dan terdesak hebat karena jumlah musuh jauh lebih besar.

Pertempuran yang berat sebelah itu terjadi di daerah pegunungan yang amat sunyi, jauh dari perkampungan, jauh dari dunia ramai.

Akan tetapi pada saat pasukan kedua datang menyerbu, di tempat itu muncul pula dua orang yang menonton pertempuran itu dengan alis berkerut dan pandang mata ngeri.

Mereka itu adalah seorang laki-laki dan seorang wanita yang bukan lain adalah Ouw Sian Kok dan Liu Bwee!

Mereka berdua meninggalkan Pulau Es, dan telah mendarat di daratan besar dan telah melakukan perjalanan berhari-hari sehingga pada hari itu mereka tiba di pegunungan utara ini.

Halaman:

Editor: Gunawan Wibisono

Tags

Terkini

Wuranta Bimbang Ditugaskan Sebagai Telik Sandi

Senin, 25 September 2023 | 11:01 WIB

Kiai Gringsing ingatkan Wuranta, Taruhannya adalah Nyawa

Senin, 25 September 2023 | 07:22 WIB

Bramanti Siaga dengan Menggenggam Pedang Pendek

Minggu, 24 September 2023 | 18:28 WIB

Agung Sedayu Bertemu Sahabat Lama bernama Wuranta

Minggu, 24 September 2023 | 12:03 WIB

Seorang Pemuda Mencoba Bersembunyi di Rumah Agung Sedayu

Minggu, 24 September 2023 | 04:44 WIB

Bramanti Menghilang dari Kerumunan Pemuda Candi Sari

Sabtu, 23 September 2023 | 18:45 WIB

Rumah Agung Sedayu Diobrak-abrik Kelompok Sidanti

Sabtu, 23 September 2023 | 08:25 WIB

Ki Tanu Metir dan Swandaru Singgah di Rumah Agung Sedayu

Jumat, 22 September 2023 | 06:48 WIB

Temunggul Meloncat dan Menampar Mulut Bramanti

Kamis, 21 September 2023 | 17:40 WIB

Pasukan Pajang Menuju Kademangan Sangkal Putung

Rabu, 20 September 2023 | 09:04 WIB

Ki Demang: Aku adalah Penguasa Tertinggi di Kademangan

Selasa, 19 September 2023 | 18:52 WIB

Pasukan Untara Memasang Rontek dan Umbul-umbul

Selasa, 19 September 2023 | 07:58 WIB

Bramanti Menantang Temunggul untuk Bicara Jujur

Senin, 18 September 2023 | 18:52 WIB
X