Api di Bukit Menoreh, Jilid 10 episode 42
Karya: SH Mintardja
Kini jarak kedua pasukan itu sudah semakin dekat. Mereka telah dapat melihat lebih jelas lagi, gelar-gelar apakah yang dipergunakan oleh lawannya.
Tetapi Untara sama sekadi sudah tidak terkejut ketika ia melihat Macan Kepatihan datang dengan Gelar Dirada Meta,
seperti Macan Kepatihan yang sama sekali juga tidak terkejut melihat Untara memasang gelar Garuda Nglayang.
Baca Juga: Seorang Kidal bernama Patra Cilik bersenjata Kelewang bergabung di Laskar Pajang
Langit diatas kepala mereka sudah menjadi semakin terang.
Awan yang kelam telah lenyap dihanyutkan oleh angin pagi yang kencang. Satu-satu bintang bermunculan di langit, namun kemudian kembali lenyap.
Di ujung timur cahaya pagi telah mulai menyaput langit. Remang-remang mereka telah dapat melihat tanah yang kehitam-hitaman dan bayangan biru kemerah-merahan di atas kepala mereka.
Baca Juga: Widura memberi aba-aba Gelar Garuda Nglayang
Kini pasukan Untara tidak lagi berjalan menginjak-injak tanaman.
Setelah mereka menyeberangi sebuah parit kecil, maka sawah-sawah di seberang parit itu sama sekali sudah tidak terpelihara.
Rumput-rumput liar tumbuh dengan suburnya di antara tanam-tanaman liar yang lain.
Namun dengan demikian, maka orang-orang Sangkal Putung tidak lagi berjejak dengan ragu-ragu.
Baca Juga: Keberadaan Kiai Gringsing belum Diketahui