Ouw Sian Kok bersikap waspada. Ketika tangkai yang terbuat dari bambu panjang itu menyambar ke depan menyambutnya, dia cepat menggerakkan pedangnya yang ampuh dengan mengerahkan tenaga sinkang untuk membabat putus bambu itu.
Namun bambu itu seperti hidup bergerak mengikuti sinar pedangnya, berkejaran dengan sinar pedangnya tetapi tidak pernah tersentuh, dan tahu-tahu Ouw Sian Kok merasa betapa tubuhnya terangkat ke atas.
Ternyata bahwa ketika kakek itu memutar bambu yang menjadi tangkai pancing, tali pancingnya berputaran sedemikian cepatnya sampai tidak tampak karena tali itu kecil saja. Tahu-tahu mata pancing itu telah mengait punggung baju Ouw Sian Kok sehingga seolah-olah Ouw Sian Kok dijadikan ‘ikan’ yang terkena pancing!
Ouw Sian Kok terkejut dan marah. Dia bergerak hendak membabat tali pancing di atas punggungnya, akan tetapi tiba-tiba tubuhnya yang tergantung itu berputar cepat sekali.
Dia diputar-putar di atas kepala kakek itu sehingga kalau sampai tali itu diputuskan dengan tangannya, tentu tubuhnya akan terlempar dan terbanting keras tanpa dia mampu mencegahnya karena tubuhnya sudah berputaran seperti baling-baling di udara.
Semua orang memandang dengan mata terbelalak dan mulut ternganga, kaget dan kagum melihat betapa mudahnya kakek tua itu membuat Ouw Sian Kok yang sakti itu tidak berdaya sama sekali!
Ouw Sian Kok merasa malu dan marah. Dikerahkannya sinkang-nya dan dia telah menggunakan ilmu memberatkan tubuhnya. Seketika tubuhnya yang masih berputar-putar itu agak menurun dan bambu itu melengkung seolah-olah tidak kuat menahan tubuhnya.
"Tidak buruk...!" kakek itu berseru kagum juga.
Akan tetapi karena dia masih memutar-mutar hasil pancingannya itu dengan amat cepatnya, Ouw Sian Kok tidak dapat melepaskan diri.
Ia hanya melirik ke arah kakek itu dengan pandang mata penuh kemarahan dan kadang-kadang mencoba untuk menggerakkan pedang membacok ke arah tubuh kakek itu.
Tiba-tiba terdengar suara Liu Bwee, "Ouw-toako, jangan melawan...! Lo-cianpwe, mohon Lo-cianpwe sudi mengampuninya...!!"
Mendengar seruan Liu Bwee ini Ouw Sian Kok terkejut. Dia menghentikan usahanya untuk menyerang atau membebaskan diri, lalu berkata,
"Harap Lo-cianpwe sudi memaafkan kalau saya bersikap kurang ajar!"
"Heh-heh-heh, ternyata Pulau Neraka belum merusakmu, orang muda!" Tali pancing itu mengendur dan tahu-tahu Ouw Sian kok telah mendapatkan dirinya berada di atas tanah.
Dia berdiri tak bergerak, hanya menoleh ke arah Liu Bwee yang kini sudah terbelenggu dan dijaga ketat.