Api di Bukit Menoreh, Jilid 11 episode 6
Karya: SH Mintardja
Tohpati benar-benar berbeda dari kebiasaannya. Ketika Macan Kepatihan itu kemudian bermohon diri kepadanya maka katanya,
“Paman, kali ini bagiku adalah kali yang terakhir. Hanya ada dua kemungkinan bagiku kali ini. Menang atau kalah. Supaya peperangan ini tidak menjadi semakin berlarut-larut.”
“Apakah maksudmu Raden?” Sumangkar mencoba bertanya.
Baca Juga: Sumangkar mencemaskan keadaan Tohpati
Tohpati menggelengkan kepalanya. Dan Sumangkar ditinggalkannya. Beberapa langkah kemudian Tohpati itu berpaling, seolah-olah ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi.
“Apakah ada yang akan Angger katakan?” Sumangkar mencoba bertanya.
“Tidak Paman. Tidak ada yang akan aku katakan.”
Tohpati kemudian pergi. Pergi ke gubugnya. Sampai kemudian pasukannya berangkat.
Baca Juga: Macan Kepatihan membaca kelemahan Laskar Sangkal Putung
Sumangkar tidak bercakap-cakap lagi dengan Macan Kepatihan itu. Ia hanya melihat Tohpati berdiri di muka pasukannya dengan tanda-tanda kebesaran sepenuhnya.
Bukan sekedar tanda-tanda kebesaran dari suatu susunan kesatuan, tetapi benar-benar tanda-tanda kebesaran Jipang selengkapnya.
Kali ini Sumangkar melepaskan Tohpati dengan hati yang risau. Aneh. Seperti melepaskan anak-anak menyeberangi sungai yang lagi banjir.
Baca Juga: Sanakeling orang yang luar biasa, Keras Kasar dan Liar
Tetapi Sumangkar itu terkejut ketika tiba-tiba ia merasa punggungnya didorong seseorang.