Tundun bergetar menghadapi Sidanti

- Senin, 5 Juni 2023 | 13:48 WIB
Api di Bukit Menoreh karya SH Mintardja (foto.ist)
Api di Bukit Menoreh karya SH Mintardja (foto.ist)

Api di Bukit Menoreh, Jilid 11 episode 8
Karya: SH Mintardja

Cukup!” teriak Tundun. Tetapi terasa suaranya ragu-ragu, sebab ia pernah mengenal anak muda itu di medan pertempuran. Namun ia menjadi heran.

Kenapa kali ini anak muda itu tidak berada di medan? Apakah ia mendapat tugas khusus dari Untara untuk mendatangi perkemahan ini?

Tetapi anak muda itu masih tertawa. Suaranya semakin menyakitkan hati. Bahkan suara tertawa itu menjadi semakin dibuat-buat agar yang mendengar menjadi marah.

Baca Juga: Seorang Anak Muda mendatangi perkemahan Sumangkar

“Jangan membentak-bentak. Aku ingin berjalan berkeliling kemah ini. Kau dengar. Kalau kau berani, halangi aku. Berempat, atau panggil kawan-kawanmu yang lain. Kalau tidak, biarkan aku berjalan-jalan di sini.”

Bajang masih heran melihat Tundun, pemarah itu, masih berdiri saja di tempatnya. Biasanya, dalam keadaan yang demikian, ia pasti sudah berlari menyerbu dengan garangnya.

Tetapi kini Tundun itu masih tegak seperti patung meskipun terdengar giginya gemeretak. Bahkan sekali lagi ia memandang berkeliling. Dua orang anak buahnya, dan Bajang.

Baca Juga: Pertengkaran Bajang dan Tundun di perkemahan

Kemudian berempat dengan dirinya sendiri. Meskipun baru saja ia bertengkar dengan Bajang, namun ia mengharap Bajang tidak mengkhianatinya.

Meskipun demikian, kalau perlu ia dapat memanggil orang-orangnya yang lain dengan sebuah tanda yang telah mereka tentukan. Empat atau lima orang akan datang bersama-sama.

Tetapi apabila langsung mereka terlibat dalam perkelahian, setidak-tidaknya mereka berempat lebih dahulu yang harus bertahan.

Baca Juga: Tundun membentak Sumangkar saat di Dapur

Mungkin berlima dengan Sumangkar. Tetapi Sumangkar itu tidak dilihatnya. Dan Sumangkar bagi Tundun adalah seorang tua pemalas yang sama sekali tidak berguna.

Halaman:

Editor: Gandung Kardiyono

Tags

Terkini

Pengamanan di Padepokan Ki Tambi Sangat Ketat

Rabu, 4 Oktober 2023 | 07:24 WIB

Temunggul akhirnya Memohon Maaf pada Bramanti

Selasa, 3 Oktober 2023 | 16:42 WIB

Wuranta Dicalonkan jadi Orang Kepercayaan Sidanti

Selasa, 3 Oktober 2023 | 08:41 WIB

Ki Tambi: Bukankah Anakmu Tidak Apa-apa, Nyai?

Senin, 2 Oktober 2023 | 17:11 WIB

Gerombolan Sidanti Tinggalkan Kademangan Jati Anom

Senin, 2 Oktober 2023 | 04:55 WIB

Terputuslah Nafas Sapu Angin yang Terakhir

Minggu, 1 Oktober 2023 | 19:17 WIB

Sidanti Mengajak Wuranta Bergabung dalam Pasukannya

Minggu, 1 Oktober 2023 | 12:39 WIB

Sidanti: Wuranta, Apakah Kau ingin Turut Aku?

Minggu, 1 Oktober 2023 | 07:28 WIB

Sidanti Gagal Menemukan Agung Sedayu

Sabtu, 30 September 2023 | 06:58 WIB

Ibu Bramanti Duduk Bersimpuh Berpegangan Tiang

Jumat, 29 September 2023 | 17:14 WIB

Agung Sedayu Menghindari Pertarungan dengan Sidanti

Jumat, 29 September 2023 | 08:29 WIB

Perlawanan Gigih Pemuda Candi Sari

Kamis, 28 September 2023 | 19:10 WIB

Dengan Suara Lantang Wuranta Menantang Agung Sedayu

Kamis, 28 September 2023 | 11:43 WIB

Pertemuan Wuranta dengan Sidanti yang Tidak Diduga

Kamis, 28 September 2023 | 07:16 WIB

Halaman Rumah Bramanti Jadi Ajang Pertarungan Berdarah

Rabu, 27 September 2023 | 16:54 WIB

Wuranta mendesis, Mereka telah Melihat Aku

Rabu, 27 September 2023 | 06:35 WIB
X