Api di Bukit Menoreh, Jilid 11 episode 9
Karya: SH Mintardja
Namun dengan demikian ia menjadi ragu-ragu. Apalagi kedua kawan-kawannya yang lain. Mereka berdiri membeku di tempatnya.
Kalau benar Sidanti itu telah menjadi sejajar dengan Tohpati, maka akan binasahlah mereka semuanya.
Tetapi tiba-tiba timbul pikiran yang memberi harapan bagi Tundun. Apabila Sidanti itu benar-benar berselisih dengan Widura dan Untara, maka apakah kedatangannya itu dapat dianggap sebagai kawan?
Baca Juga: Tundun bergetar menghadapi Sidanti
Karena itu maka segera Tundun bertanya, “Sidanti, kenapa kau tidak berada di medan. Bukankah hari ini berkobar perang yang terbesar yang pernah terjadi di Sangkal Putung?”
Sidanti mengerutkan keningnya. Ia menjajagi pertanyaan itu. Katnaya, “Kenapa kau bertanya tentang hal itu?”
“Ya kenapa? Bukankah kau prajurit Pajang?”
Sidanti tertawa. Jawabnya, “Aku dapat berbuat sekehendakku. Apakah aku ingin berperang, apakah aku ingin melihat-lihat hutan ini. Tak seorangpun pula yang dapat mencegah kehendakku.”
Baca Juga: Seorang Anak Muda mendatangi perkemahan Sumangkar
Dada Tundun menjadi berdebar-debar. Namun dipaksanya juga mulutnya berkata, “Hem, aku dengar kau tidak lagi berada dalam lingkungan keprajuritan Pajang.”
Tundun terkejut mendengar jawaban Sidanti. “Apa perdulimu?”
Sesaat Tundun terdiam. Tetapi kemudian ia bertanya pula, “Lalu apa maksudmu kemari?”
“Sudah aku katakan. Aku ingin melihat, berapa kemah yang ada dan berapa luas tanah yang diperlukan. Aku ingin mengira-ngirakan kekuatan Tohpati.”
Baca Juga: Pertengkaran Bajang dan Tundun di perkemahan
“Untuk apa?”
“Sekehendakku.”
Tiba-tiba Tundun bertanya, “Apakah kau tidak bermaksud bekerja bersama dengan Macan Kepatihan?”