Api di Bukit Menoreh, Jilid 11 episode 10
Karya: SH Mintardja
Tundun, kedua prajurit yang lain, dan Bajang sendiri kini tidak dapat mengelakkan diri lagi. Mereka harus menghadapi anak muda yang berani dan perkasa ini.
Bagaimanapun juga mereka adalah prajurit-prajurit yang sudah terlalu sering bermain-main dengan senjata dan bercumbu dangan maut.
Ketika mereka melihat Sidanti dengan sigapnya meloncat maju, maka merekapun segera mendekat pula.
Baca Juga: Dengan garang Bajang menantang Sidanti
Tanpa berjanji mereka berdiri seberang-menyeberang. Seakan-akan mereka sengaja mengepung Sidanti yang dengan garangnya berdiri di antara mereka.
“Kau yang tajam mulut,” geram Sidanti sambil menunjuk kepada Bajang, “kaulah yang pertama-tama akan aku sobek mulutmu.”
Tetapi agaknya Bajang sama sekali tidak takut. Dengan pisaunya ia bersiap menghadapi setiap kemungkinan. Tundunpun kemudian bersiap pula.
Baca Juga: Tundun bergetar menghadapi Sidanti
Ia tidak mau kalah daripada Bajang. Bajang yang hanya bersenjatakan pisau dapur betapapun besar dan tajamnya, berani menghadapi Sidanti dengan tatagnya,
maka Tundun yang di pinggangnya tergantung sebilah pedang, pasti harus lebih berani daripadanya.
Sidanti yang berdiri di antara mereka, sekali lagi memandang setiap wajah di sekitarnya.
Baca Juga: Seorang Anak Muda mendatangi perkemahan Sumangkar
Tundun yang cacat, Bajang yang kecil dan kedua prajurit yang lain. Tiba-tiba Sidanti itu berkata nyaring. “Ayo, siapkan senjata-senjata kalian. Apakah kalian dapat menggerakkannya dengan baik?”