Hari ini, 7 Desember 1941, Jepang benar-benar menghajar kapal-kapal perang milik Amerika yang sandar di pelabuhan Pearl Harbor, Hawaii. Peristiwa ini ternyata tidak berdiri sendiri.
Untuk memahami rangkaiannya, kita harus mundur beberapa tahun ke belakang dan terbang ke Berlin untuk berkenalan dengan orang bernama Joachim von Ribbentrop.
Perjalanan seorang siswa bodoh.
Ia mantan sales anggur dan sampanye, yang berhasil ‘naik bale’ menjadi menteri luar negeri Jerman dan masuk ke dalam ring satu Adolf Hitler.
Sebuah loncatan karir yang fantastis!
Joachim lahir di Wesel, 30 April 1893, ia dikenal selalu tampil apik dan necis. Kalau sudah berbicara akan membuat orang terpukau. Sebagai orang Jerman, ia mahir dan fasih berbahasa Perancis dan Inggris dengan baik. Sejak remaja ia terus belajar kedua bahasa itu secara intensif.
Sebetulnya, di sekolah, Joachim juga tak terlalu cemerlang. Seorang gurunya bahkan bersaksi, “ia termasuk siswa yang paling bodoh di kelas, namun sombong dan ambisius luar biasa”
Usia 15 tahun ayah Joachim dipecat dari dinas ketentaraan dalam pasukan Kaisar Jerman, Wilhelm II. Alasannya, karena perilaku homoseksualnya yang menghebohkan. Saat itu homoseksual merupakan hal yang ditabukan dalam kemiliteran Jerman.
Akibat pemecatan itu keluarga Joachim jadi terlantar, mereka selalu kekurangan uang untuk bertahan hidup.
Keluarganya lalu pindah ke kota Arosa, Swiss, dan berkat sokongan keluarga besar, Joachim bisa terus belajar bahasa Perancis dan Inggris, bahkan, ia sempat tinggal satu tahun di Inggris untuk memperlancar kemampuan bahasanya.
Fasih berbahasa Inggris dan Perancis inilah yang kelak menolong karir Joachim.
Setelah sempat berkelana ke Kanada dan melakoni berbagai bidang pekerjaan seperti jadi pegawai bank, ikut membangun jembatan, bekerja sebagai pemasang rel kereta api, hingga menjadi reporter di kota New York dan Boston, Joachim terpaksa kembali ke Jerman saat PD 1 meletus.
Sebagai orang Jerman ia terpanggil untuk membela negaranya saat perang berkecamuk.
Jadi bangsawan
Usai perang, 1919, Joachim menikahi Anna Elisabeth Henkell, putri pengusaha anggur kaya raya dari kota Wiesbaden, sebelah barat Frankfurt.
Karena saat tinggal di Kanada ia sempat menjadi sales sampanye, maka usaha itu ia teruskan, kali ini sekalian berdagang produk milik mertua, yakni anggur Jerman, maka Joachim kini memiliki dua barang dagangan: anggur dan sampanye.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Rayakan 4 Juta Subscriber Ditengah Prahara Perceraiannya dengan Anne Ratna Mustika
Ia berkeliling kemana-mana.
Penampilan yang selalu rapi dengan tutur bahasa yang baik membuat Joachim disukai pelanggannya. Karirnya sebagai salesman terus meningkat. Jaringan pergaulannya juga meluas terutama dari kalangan berduit dari luar negeri.
Tahun 1925, bibi Joachim, Gertrud von Ribbentrop, yang juga kaya raya dan termasuk ‘trah’ bangsawan Jerman, mengadopsinya dan mengijinkannya memakai tambahan ‘Von’ di belakang namanya disusul penggunaan nama keluarga - Ribbentrop.
Bagi sebagian orang Jerman, nama sambung ‘Von’ menunjukkan gelar kebangsawanan. Meski hanya termasuk hanya kelas ‘ranting/cabang’ dalam hirarki kebangsawanan Jerman, namun setidaknya ada 200-300 trah/ keluarga Jerman dan Swiss di sisi barat yang memakai gelar ini.
Jadilah salesman ini semakin memikat. Selain tampil necis dan pintar bicara, ia kini juga seorang bangsawan dengan nama lengkap, Joachim von Ribbentrop.
Dari salesman jadi menteri luar negeri
Awal tahun 30-an partai Nazi sedang naik daun di Jerman. Pimpinannya, Adolf Hitler, dinilai kharismatik. Ia jago orasi. Kalau sudah berpidato, semua tersihir terkesima.
Merasa tertarik, tanggal 1 Mei 1932 Joachim dan istrinya masuk partai Nazi. Dengan segera, keduanya kemudian menjadi anggota fanatik.
Nazi kemudian menjadi partai yang besar. Saat perkenalan dengan Joachim, Hitler langsung terkesima akan kepandaiannya berbahasa asing. Pengalaman Joachim malang melintang hidup di luar negeri memberi nilai tambah tersendiri di mata Hitler.
Dalam pikiran Hitler, Jerman di bawah partai Nazi tentu membutuhkan orang yang cakap seperti Ribbentrop untuk menyampaikan ide dan politik luar negeri Jerman di luar negeri.
Kebetulan dalam ring satu Hitler, seperti Goebbels, Himmler, Goering dan anggota partai senior Nazi lainnya, tak ada yang memiliki pengalaman seperti Ribbentrop, jadilah, ia mendapat posisi penting dari Hitler.
Baca Juga: Susah Bener: Yuk, Move On, Yuk!
Setelah sempat menjadi duta besar Jerman untuk Kerajaan Inggris, pada tanggal 4 Februari 1938, Hitler mengangkat Ribbentrop menjadi menteri luar negeri!
Sebuah jabatan yang sangat penting dan strategis.
Bikin iri
Ribbentrop juga masuk sebagai penasihat utama Hitler untuk urusan luar negeri. Ribbentrop mendadak menjadi orang penting yang dekat dengan Fuhrer (pemimpin, sebutan untuk Hitler).
Saking dekatnya, ia diijinkan untuk menemui Hitler kapan saja, meski tak ada perjanjian sebelumya. Keistimewaan yang selama ini hanya diisi oleh Gobbels, menteri propaganda partai, dan Hermann Goering, anggota senior Nazi sekaligus kepala staf AU.
Posisinya yang istimewa ini keruan saja membuat iri banyak orang. Ribbentrop tidak disukai sama sekali oleh para anggota senior partai, yang kebanyakan sudah bergabung semenjak tahun 1922, saat Nazi masih dianggap partai gurem.
Seorang politikus, diplomat dan anggota partai pernah berkata soal Ribbentrop, “ia sebenarnya tidak bisa apa-apa. Kelebihan utamanya hanya menjilat Hitler!”
Persahabatan salesman dan anak menteri
Kekhawatiran seorang penganut fanatik partai, yang dikenal sangat sombong dan penuh ambisius, dan kini menjadi menteri luar negeri, tentu saja membuat beberapa duta besar dan menteri luar negeri negara lain menjadi was-was.
Mereka umumnya risau posisi Jerman di luar negeri akan diseret Ribbentrop menjadi sangat radikal. Dan ketakutan itu kelak terbukti.
1934 Ribbentrop dan kolonel Hiroshi Ōshima bertemu. Memiliki kesamaan visi, keduanya lalu menjadi akrab. Kebetulan Oshima saat itu menjadi atase militer Jepang yang ditugaskan di Berlin.
Oshima ini menarik. Ia anak jendral, ayahnya - Ōshima Ken'ichi – bahkan pernah menjadi menteri Urusan Perang, saat Jepang tengah berperang melawan Rusia di tahun 1905.
Menariknya, baik Oshima senior dan Oshima junior sama-sama pernah bertugas sebagai atase militer Jepang di Jerman.
Ayah dan anak juga sama-sama ‘penggila’ Jerman. Keduanya sangat cakap dan fasih berbahasa Jerman. Orang-orang bahkan menyebutnya ‘lebih Jerman dari orang Jerman sendiri’.
Ketika Oshima junior bertugas di Berlin, disaat partai Nazi sedang perkasa, dengan segera ia mengagumi partai ini. Oshima juga sangat mengidolakan Hitler. Ia menyebut Hitler sebagai pemimpin jenius, karena menyulap Jerman dari negara kalah perang dunia pertama, bisa diubah menjadi negara kuat memasuki tahun 1934.

Pertemuan dua sahabat dalam jamuan makan malam di Berlin (ist)
Baca Juga: 16 Besar: Jepang Tersingkir Dalam Drama Adu Penalti Lawan Kroasia. Kiper Kroasia Tampil Luar Biasa
Ekonomi Jerman bangkit dengan cepat dan kekuatan militernya menakutkan saat itu, termasuk terbesar dan paling perkasa di dunia.
Ribbentrop kemudian membawa Oshima berkenalan dengan Hitler, dan dengan serta merta keduanya menjadi akrab dan saling mengagumi.
Hitler sungguh takjub pada kehebatan Oshima yang fasih, nyaris sempurna, dalam berbahasa Jerman, juga pengetahuannya akan sejarah dan perkembangan Jerman.
Hitler juga senang ketika diberitahu Oshima termasuk penganut partai Nazi garis keras meskipun ia bukan orang Jerman.
Jurnalis Amerika, William L. Shire, penulis buku ‘The Rise and Fall of the Third Reich’ bahkan menyebut Oshima, ‘sangat Nazi dari anggota partai Nazi sendiri’.
Maka, pertemuan ketiga orang fanatik dan radikal ini segera membawa perubahan yang berbahaya bagi dunia.
Pakta Tripartite
Jerman yang sedianya mendukung dan ingin bersekutu dengan China, oleh Oshima -melalui pengaruh Ribbentrop-, persekutuan itu bisa digagalkan. Padahal Jerman sudah mengirimkan 'paket dukungan' berupa persenjataan dan sragam militer ke China.
Berkat pengaruh Ribbentrop-Oshima Jerman kini berganti haluan di Asia. Hitler yang semula melirik China kemudian menempatkan Jepang sebagai -calon- sekutu utama. Jepang adalah ‘wakil Jerman’ untuk kawasan Asia.
Aliansi dengan China tentu tutup buku. Bahkan Ribbentrop mengancam semua anggota militer Jerman yang masih berada di China agar segera pulang ke Jerman, bila tidak keluarganya akan diangkut dan ditahan di kamp konsentrasi!
Semua personil militer Jerman tentu takut, mereka buru-buru pulang kampung.
Jepang tentu saja senang. Apalagi negara Matahari Terbit ini kemudian dipercaya untuk ‘mengurus’ daerah kolonial ‘milik’ Jerman di kepulauan di Pasifik.
Oshima juga berjuang keras mempromosikan Jerman di tanah airnya, dan menyebut lebih banyak manfaatnya bagi Jepang bila bersahabat dan bersekutu dengan negara kuat seperti Jerman, dibanding berteman dengan negara lain.
Di bawah tekanan dan pengaruh Ribbentrop juga pangkat Oshima naik dengan cepat. Empat tahun kemudian, Oktober 1938, Oshima sudah menjabat sebagai Duta Besar Jepang untuk Jerman dengan pangkat bintang tiga, letnan jendral!
Puncak pentingnya posisi Jerman bagi Jepang adalah saat ditandatangani Pakta Tiga Negara/ Tripartite antara tiga negara: Jerman, Jepang dan Italia di Berlin tanggal 27 Sepember 1940.
Di dalam negeri Jepang penandatanganan pakta ini disambut dengan gegap gempita. Ada 6 pasal dalam pakta perjanian itu dan orang Jepang sangat antusias dengan pasal kedua yang menyebut “Jerman dan Italia menghormati dan mengakui kepemimpinan Jepang di Asia Timur”
Jepang saat itu dilanda euforia kebangkitan militer, dengan Angkatan Darat sebagai motor utama, pengakuan dari dua negara Eropa ini tentu membanggakan rakyat Jepang!
Di embargo Sekutu
Akibat menyerbu Manchuria dan Indocina dan melakukan kekerasan dengan brutal disana, Jepang dengan segera diembargo oleh Amerika dan Inggris.
Pasokan minyak bumi yang selama ini menjadi urat nadi Jepang, yang dikirim dari Inggris dan Belanda dari Malaya dan Sumatera segera distop
Ancamannya, Embargo/ Blokade baru dicabut kalau Jepang angkat kaki dari sana dengan tanpa syarat.
Jepang keberatan. Negara itu hanya mau angkat kaki kalau Amerika dan Inggris mau mensuplai Jepang dengan BBM pesawat setidaknya 3,8 juta liter/ tahun.
Manchuria memang kaya akan beras dan Indocina memang merupakan lumbung karet, tapi Jepang belum punya ladang-ladang minyak! Dan sumber BBM itu ada di wilayah Hindia Belanda, yang kini bernama Indonesia, yang saat itu dalam penguasaan Belanda.
Agar bisa hidup, Jepang tentu mengincar sumber-sumber minyak itu.
Negosiasi dilancarkan. Jepang merundingkan, bagaimana caranya tetap bisa bertahan menguasai daratan China dan Indocina tanpa mendapat gangguan dari Amerika dan Inggris.
Perundingan berjalan alot, Amerika dan Inggris tentu menolak permintaan Jepang soal suplai BBM.
6 Kapal Induk
Tanggal 13 Februari 1941 Ribbentrop melalui Hiroshi Ōshima, mendesak Jepang agar sebaiknya negara Matahari Terbit itu segera menyerang semua lokasi/ pangkalan militer milik Inggris dan Amerika di Asia.
Sepuluh hari kemudian, tanggal 23 Februari, Ribbentrop menyakinkan lagi bahwa Jerman tidak akan tinggal diam, kalau sampai Jepang jadi menyerang fasilitas milik Inggris dan Amerika di Pasifik. Ini provokasi serius.
Akibat janji Ribbentrop ini di Jepang terjadi pergolakan keras. Angkatan Darat ingin segera melancarkan serangan ofensif, sebagai jawaban atas jaminan Ribbentrop.
17 Oktober 1941, jendral AD Hideki Tojo -yang selama ini menjadi provokator sekaligus sponsor agar Jepang bergabung dalam Pakta Tiga Negara- secara mengejutkan terpilih sebagai Perdana Menteri.
Tojo yang memang juga penuh ambisi dan gemar berperang seperti menemukan ‘kawan seiring’ dalam diri Joachim von Ribbentrop. Diam-diam persiapan untuk menyerang pangkalan AL Amerika di Hawaii sudah dilakukan dengan matang.
Sementara perundingan sedang dilakukan, saat petang datang di tanggal 26 November 1941, secara diam-diam enam kapal induk Jepang Akagi, Kaga, Sōryū, Hiryū, Shōkaku dan Zuikaku meninggalkan pangkalan AL di teluk Hittokapu kepulauan Kuril, di ujung utara Jepang. Tujuannya, apalagi kalau bukan Hawaii!
Soal Tujuan ini, semua kapten kapal -apalagi awaknya- tak ada yang diberitahu akan kemana. Yang pasti di tanggal 26 Novdeember itu mereka lego jangkar, sesuai perintah Markas Besar.
Di dalam perut kapal induk total terdapat 408 pesawat tempur mutakhir untuk ukuran saat itu. Jumlah yang luar biasa besar!
Pesawat sebanyak itu, kelak, 360 buah akan menyerbu Hawaii yang dibagi dalam gelombang, sementara 40 pesawat akan bertahan. Pesawat ini tugasnya melakukan patroli pertahanan formasi kapal, berjaga-jaga kalau mendadak kapal diserang.
Sedang 8 pesawat tempur sisanya akan memberikan pengawalan khusus ketika gelombang pertama penyerbuan dijalankan.
Pengawalan oleh unit tempur harus dilakukan mengingat semua yang terlibat pengeboman adalah pesawat pembom tukik dan pesawat berterpedo yang relatif lebih lamban.
Sejauh ini semua perjalanan diam-diam dan belum dieritahu tujuannya, semua berjalan lancar. Seluruh dunia tak ada yang tahu kalau Jepang telah mengeluarkan seluruh kekuatan armada Laut dan Udaranya menuju ke sebuah tempat di 'selatan'.
Baca Juga: Pengembang Danganronpa Kazutaka Kodaka Ingin Merilis Setidaknya Satu Game Baru Setiap Tahun

Hideki Tojo dan Yamamoto
2 otoritas
Hideki Tojo kini hanya tinggal butuh 2 otoritas agar serangan ke Pearl Harbor bisa ia lakukan dengan sah secara jalur komando dan sesuai tingkat otoritas yang berlaku.
Pertama, dukungan dan jaminan dari 2 negara sekutu Jepang yakni Jerman dan Italia.
Jepang butuh jaminan agar, kelak, kalau serbuan dilakukan, ia tidak berperang sendirian menghadapi Amerika dan Inggris.
Ribbentrop tentu dengan senang hati memberikan dukungan. Justru serangan Jepang atas Amerika dan Inggris ini yang ditunggu pihak Jerman.
Dengan adanya serangan ke fasilitas milik Amerika, Inggris, Belanda dan Perancis di Asia, perhatian Ingggris dan Amerika tentuakan terpecah. Dan dengan sendirinya kekuatan mereka akan melemah di Eropa!
Benar saja, dua hari setelah keenam kapal induk berangkat, tanggal 28 November 1941, melalui duta besar Hiroshi Ōshima, Ribbentrop secara resmi memberikan jaminan kepada Jepang bahwa Italia dan Jerman tidak saja mendukung, namun segera menyatakan perang terhadap Amerika dan Inggris, setelah Jepang menyerang Pearl Harbor!
Perkembangan ini tentu membahagiakan Tojo. Kini, tinggal satu otoritas lagi: dari kaisar Jepang, Hirohito.
Posisi kaisar memang hanya simbol, karena itu pernyataan ‘Maklumat Perang’ yang kelak dikeluarkan kaisar juga bersifat formalitas belaka.
Namun, meski hanya formalitas, ‘restu’ ini penting diperoleh agar rakyat Jepang melihat bahwa kaisar mereka telah menyetujui semua tindakan angkatan bersenjatanya.
Terus ditekan, dalam sidang paripurna parlemen, kaisar membacakan puisi kuno Jepang, yang isinya cocok dengan suasana hatinya:
"Kalau semua orang sama,
mengapa angin dan ombak gelisah?"
Kaisar menyindir parlemen dan para jendralnya. Ia tahu ada yang menyimpan ambisi Api dalam Angkatan Perangnya, juga di parlemennya.
Tanggal 1 Desember 1941 Kaisar Jepang secara resmi mengeluarkan ‘Maklumat Perang’.
Dengan keputusan ini, sah bagi Hideki Tojo untuk memberi tahu admiral Isoroku Yamamoto yang saat itu berlayar di atas battleship Yamato, agar serangan ke Pearl Harbor dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati.
Tak ada akar, rotan pun jadi
Untuk itulah, pagi ini, pukul 04.00 tanggal 7 Desember 1941 waktu Hawaii, dari anjungan kapal laksamana Chuichi Nagumo menyaksikan kesibukan luar biasa di atas geladak kapal Akagi.
Baca Juga: Jenderal Dudung 'Jiaahh, Effendi Simbolon didengerin', Terkait pergantian Kepala Staf TNI
Pilot-pilot muda Jepang yang penuh semangat nampak sedang memanaskan pesawat-pesawat perang mereka.
Nagumo menatap semua kesibukan di pagi buta itu dengan perasaan cemas. Ia berharap operasi penyerbuan bisa berjalan dengan lancar dan sukses.
Dari laporan intelijen yang dikirim dari Tokyo memberitahu, bahwa ketiga kapal induk Amerika yang sangat diincar Jepang, saat ini TIDAK BERADA di pelabuhan Pearl Harbor. Ketiga kapal itu berlayar entah kemana.
Operasi militer ini tentu tak bisa diundur, menunggu sampai ketiga kapal induk itu kembali ke pelabuhan tentu bisa berakibat fatal.
Bila jadwal molor, cepat atau lambat, posisi armada laut Jepang ini akan ketahuan dan itu sangat berbahaya.
Jadi, serangan ini tak bisa dibatalkan lagi. Tak ada akar, rotan pun jadi. Tak ada kapal induk, 8 kapal perang besar (battleship) yang tengah sandar pun jadi....
Dari kisah persahabatan dua anak manusia: sales sampanye dan anak menteri, kita jadi tahu, penyerbuan ke Pearl Harbor memang ternyata tidak berdiri sendiri. (Selesai)
(Gunawan Wibisono)
Baca Juga: Makna Luhur Batik Parang Yang Tidak Boleh Dikenakan Oleh Tamu Undangan Pernikahan Kaesang Erina