JAKARTA, Tajuk24.com - Loji Gandrung saat ini adalah Rumah Dinas Wali Kota Solo. Selain itu tempat ini juga sering digunakan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan atau acara. Loji Gandrung pada hari Minggu (11/12) ini juga digunakan sebagai lokasi kirab pernikahan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang dan Erina.
Bangunan Loji Gandrung memiliki luas 3.500 meter persegi dan menjadi bagian dari kompleks rumah dinas yang total luasnya 6.295 meter persegi.
Terletak di Jalan Bridjen Slamet Riyadi Nomor 261, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah, bangunan ini berdiri sejak tahun 1830.
Bangunan megah ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda C.P. Wolff Schoemaker yang juga merupakan guru besar arsitek di Technische Hoogeschool te Bandoeng yang dikenal sebagai ITB saat ini. Schoemaker adalah satu dari tiga arsitek ternama Hindia Belanda. Ia juga adalah salah satu dosen arsitek Bung Karno.
Bangunan megah ini memiliki gaya arsitektur Indish (perpaduan budaya Eropa Belanda dan budaya Jawa). Kata Indish berasal dari Nederlandsch Indie, yang artinya Hindia Belanda.
Baca Juga: Kisah Naomi dan Dwi Andini Menjadi Penarik Kereta Kencana Kaesang-Erina
Loji Gandrung di masa kolonial Belanda
Dahulu bangunan ini digunakan sebagai tempat tinggal saudagar perkebunan gula dan tuan tanah di Ampel, Boyolali yang bernama Johannes Augustinus Dezentje (1797-1839), panggilan akrabnya Tinus.
Tinus adalah anak seorang pejabat militer Kolonial Belanda August Jan Caspar yang pada masa itu mempunyai hubungan baik dengan Keraton Kasunanan Surakarta.
Tinus memerintahkan pembangunan Loji Gandrung setelah ia menikah pada tahun 1819 dengan salah seorang anggota keluarga Keraton Kasunanan Surakarta yang bernama Raden Ayu Cokrokusumo, saudagar perempuan Sunan Paku Buwono IV. Pernikahan ini adalah pernikahan kedua Tinus setelah istri pertamanya Johanna Dorothea Boode meninggal pada tahun 1816 sesaat setelah melahirkan anak pertama mereka.
Pada masa dahulu Loji Gandrung lebih mirip benteng daripada rumah karena dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan ada pos penjagaan.
Tinus juga menempatkan seperangkat gamelan di teras rumah dan ia membangun banyak taman di dalamnya.
Selama menempati rumah tersebut, Tinus kerap mengundang relasi untuk mengadakan acara di sana. Karena seringnya digelar acara di tempat ini maka masyarakat sekitar pun menyebutnya sebagai gandrungan.
Seiiring berjalannya waktu, rumah Tinus pun dikenal sebagai Loji Gandrung. Loji dari asal kata Belanda loge yang artinya rumah besar, bagus, dan berdinding tembok. Sedangkan gandrungan adalah bahasa Jawa yang artinya tergila-gila atau menyukai.